ADALAH Jenny Astari, wanita bertubuh mungil yang telah melakukan ekspor pisang beku ke Amerika Serikat sejak tahun 2013 lalu. Dia didukung oleh Eddy, yang dulunya pengusaha jeruk. Gudang yang dulu digunakan Eddy untuk memasarkan buah jeruk ke luar Kalbar, kini dipakai Jenny mengolah pisang bekunya.
Lokasinya di Sungai Keran, Jalan Ekonomi Kabupaten Bengkayang. Produksi pisang beku Jenny, dimulai di gudang ini dengan label perusahaan PT Hasil Kalimantan Sejahtera Bengkayang. Produksinya dalam bentuk kemasan, dinamainya steamed Saba Bananas Keep Frozen.
Jenny bilang, awalnya tidak mudah memasukkan pisang beku ke Negara Paman Sam tersebut. Ia bahkan sempat ditolak. Mungkin karena aneh, ada pisang beku, hingga konsumen di Amrik itu enggan mencicip. Ketika itu, Jenny mengekspor pisang bekunya sebanyak satu kontainer, isinya sekira sembilan ton. Jenny bilang, bisnis ini untungnya tipis.
“Dalam satu kilo pisang, yang bisa kita produksi hanya sekira setengahnya saja,” jelas Jenny.
Kali pertama kiriman pisang beku Jenny di Amrik, tak ada yang mau mengonsumsinya. Sempat bingung mau dipasarkan ke mana, supermarket saja ogah dimasuki, akhirnya pisang-pisang beku itu dibagikan saja kepada para napi, cerita Eddy.
Eh, siapa nyana, pisang-pisang beku itu disantap lahap sama para tahanan, hingga ketagihan. Nah, promosi dari mulut ke mulut pun dimulai. Para pesakitan yang masuk bui itu, kerap minta dibelikan pisang beku. Akhirnya, lantaran penasaran, konsumen mulai mencicipnya, dan ketagihan juga. Lantas permintaan pun mulai mengalir.
Jenny kemudian mengirim kembali pisang-pisang bekunya, karena ada permintaan sekira 22 ton. Jenny pun mengekspor pisang bekunya sebanyak 9,750 ton dengan nilai Rp 265 juta. Meski keuntungannya tipis, karena dia harus menggaji karyawannya sekitar 35 orang.
Sampai kiriman ke tiga kalinya, konsumen Amerika protes, dan minta pisang bekunya manis. “Selama ini memang kita kirim, ada yang kurang manis, karena ada yang belum matang benar, selain itu pisang-pisang yang kita beli dari petani di sini tidak semuanya berkualitas bagus, yakni yang isinya kuning bersih,” tutur Jenny.
“Itulah sebabnya, kita sementara menghentikan ekspor, karena kondisi gudang produksinya seperti ini, masih harus dibenahi. Sebab selain Amerika, ada juga permintaan dari Jepang dan Singapura. Bahkan orang Singapura ingin ke sini meninjau gudang produksi kita,” tutur Eddy.
Asal tahu saja, negara-negara asing, seperti Amerika dan Singapura terbilang sangat ketat menerima barang-barang yang masuk negaranya, apalagi berupa produksi makanan. Yang pertama adalah higienis atau kebersihannya harus betul-betul terjaga, maka mereka biasanya melakukan kunjungan ke negara yang akan memasok produknya, guna meyakinkan kelayakan produk tersebut.
“Ini yang kita takutkan. Lihat saja kondisi gudang kita, masih belum rapi, begitu juga tingkat kebersihannya. Kalau mereka datang, pasti produk kita akan ditolak masuk,” jelas Eddy.
Dengan pertimbangan itulah, Jenny dan Eddy sepakat menghentikan sementara kegiatan pisang bekunya. Mereka akan merenovasi bangunan gudangnya, dengan bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, yang mengucurkan bantuan senilai Rp 200 juta beberapa tahun lalu.
Discussion about this post