Dia lantas menyimpulkan, karena kebiasaan nongkrong di warung kopi membuat hal-hal yang bersifat Sara tidak ada, meskipun ada, pun sangat kecil. Tidak ada perbedaan ketika berkumpul bersama.
Menurut Riezky, Kalbar punya potensi yang sangat bagus untuk menjadi motor pertumbuhan di Kalimantan. Terlebih dengan pembangunan proyek Kijing serta smelter, akan membuat perekonomian Kalbar lebih terakselerasi. Ini akan membuat pertumbuhan perekonomian Kalimantan Barat lebih baik dibanding Kalimantan lainnya.
“ Semangat untuk membangun ditunjukkan antusias dari berbagai sektor, baik Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) serta industri dan swasta, saling akrab dalam setiap kegiatan. Sekarang tinggal bagaimana kita mengelolanya saja,” kata Riezky.
Di bawah kepemimpinan Gubernur Sutarmidji, optimisme digantungnya sangat besar. Bos OJK Kalbar ini bilang, kalau tidak ada pandemi Covid-19 perekonomian Kalbar bisa tumbuh lebih baik. Tapi karena pandemi, apa boleh buat, semua terkena dampaknya. Perekonomian lesu, nongkrong di warung kopi pun dibatasi, kita harus menerapkan social distancing, wajib cuci tangan dan memakai masker.
Tahun 2021, masa berat pandemi, sudah mulai berkurang. Ekonomi terlihat mulai menggeliat. “Optimislah, bahwa kita semua pasti akan bagus,” imbuhnya.
Bicara soal institusinya, Riezky mengakui bahwa keberhasilannya mensosialisasikan program dan produk OJK, tak terlepas dari peran media. Karena, OJK merupakan institusi baru, sehingga perlu lebih diperkenalkan kepada masyarakat.
“ Yang bisa mendekatkan OJK dan masyarakat adalah media. Kita memang saling membutuhkan, tapi OJK lebih membutuhkan media. Kita OJK, kalau berteriak sekencang apapun juga, kalau media tidak menyebarkan atau meng-eco-kan gak akan terjadi. Kita ini organisasi baru, kita juga merasakan ketika melakukan sosialisasi di daerah, banyak masyarakat yang belum paham apa itu OJK. Masih banyak yang belum tahu. Nah, kalau kita bergerak sendiri kan tidak bisa. Harus ada bantuan dari teman-teman media, harus ada eco dari media, harus ada kerjasama. Bahkan OJK butuh media sebagai corong memperkenalkan produk edukasi masyarakat, mendekatkan antara industri dan masyarakat,” ucap Riezky.
Dia bilang, sebenarnya banyak produk-produk yang bagus di Kalbar tapi belum maksimal. Misalnya saja program BPJS tenaga kerja, masih ada yang belum paham. Orang hanya tahu BPJS Kesehatan, padahal juga ada BPJS kecelakaan di tempat kerja dan bisa klaim, tapi sayangnya masih banyak masyarakat yang tidak melakukan. Begitu pula dengan asuransi Jasa Raharja. Ketika terjadi kecelakaan, kalau pihak Jasa Raharja tidak datang ke korban, mereka tidak akan melakukan klaim. Ini kan sayang.
“Masyarakat sebenarnya punya fasilitas yang diberikan industri, tapi karena tidak mengetehui, maka menjadi sia-sia. Jadi, media lah tugasnya untuk mendekatkan antara industri dan masyarakat. OJK hanya sebagai fasilitator saja. Sebenarnya, yang kita butuhkan adalah, bagaimana media mengenalkan, mensosialisasikan dan mendekatkan industri dengan masyarakat, ikut mencerdaskan masyarakat. Semakin banyak masyarakat menggunakan produk industri, maka akan semakin maju industri tersebut. Industri jangan hanya berdiam di menara gading,” tegas Riezky. **
Berita ini telah terbit di Tabloid Matra Bisnis Edisi Mei 2021
Discussion about this post