MENJADI pengurus yayasan pemadam api, memang bukan pekerjaan mudah. Karena selain punya perusahaan sendiri yang juga harus diurus, mengelola yayasan sosial ini juga butuh perhatian dan pengorbanan. “Itu semua karena panggilan hati, panggilan dari Allah,” ucap Johnny Yuwandi Ketua Yayasan Pemadam Kebakaran Khatulistiwa (YPKK), yang mengelola kegiatan sosial ini sejak belasan tahun lalu.
Bapak dua anak dan dua cucu ini, di usianya yang sudah 68 tahun masih tetap turun ke lapangan, mengoordinir pasukan pemadam apinya ketika terjadi musibah kebakaran. Ini tentu mengkhawatirkan keluarganya, terutama sang istri. Namun bagi Johnny, membantu orang lain, terutama yang sedang mengalami musibah dan memang butuh bantuan, merupakan kewajiban yang harus didahulukan. “Ya, bagaimana kita bisa tidur nyenyak, sementara ada orang yang butuh bantuan kita,” ucapnya.
Tak hanya mengomandani pasukannya, pria ramah ini juga bertanggung jawab penuh atas yayasan yang dipimpinnya, bahkan ikut menyediakan peralatan operasional dengan dana pribadi. Yang terakhir dibelinya adalah satu unit mobil pemadam api ukuran besar lengkap dengan peralatannya, harganya sekira Rp 700 juta, dan itu dikeluarkan dari kocek pribadinya.
“Kalau kita sudah berkomitmen membantu, maka jangan kepalang tanggung. Karena semua kekayaan dan harta kita tidak dibawa mati, lebih berharga jika kita bisa menyumbangkannya bagi keperluan orang banyak,” tuturnya.
Lelaki ini memang dikenal dermawan, untuk membantu orang, dia tak pernah berhitung, biarlah Tuhan yang menghitung. Bahkan, meski Johnny nonmuslim, namun tanpa canggung dia akan membantu tempat-tempat ibadah, seperti masjid, sementara dia sendiri punya vihara atau kelenteng tempatnya beribadah sesuai kepercayaannya. Untuk zakat, seperti qurban pada Lebaran Idul Adha, Johnny juga ikut di dalamnya, kadang sampai empat ekor sapi diberikannya untuk zakat.
Discussion about this post