SIAPA yang tak kenal Ateng Tanjaya, kakek sembilan cucu yang kini berusia 70 tahun. Dari muda hingga sekarang, Ateng paling hobi membantu orang, apalagi ketika orang itu tertimpa masalah, terutama jika terjadi musibah kebakaran, maka dialah orang yang selalu berada di depan. Menjadi penantang api dan menjinakkannya. Ini memang salah satu hobi yang tak biasa, menantang maut demi keselamatan orang.
Ateng Tanjaya kini sudah berusia sepuh, meski tubuhnya masih terlihat bugar, bicaranya masih lantang, semangatnya pun masih menggebu, namun gurat lelah mulai terpancar dari wajahnya. Meski begitu, dengan semangatnya yang tak pernah padam, Ateng masih saja setia berada di depan radio komunikasinya bercuap-cuap Alpha Tanggo memantau kejadian, kemudian mengerahkan pasukannya.
“Saya sekarang lebih konsentrasi di depan radio, dan turun langsung kalau ada kejadian kebakaran. Ya, kita koordinasi semua pasukan untuk menjinakkan api sehingga tak menelan korban,” tutur Ateng dalam bincang santai dengan Matra Bisnis di rumahnya yang asri di Jalan Parit Makmur, Siantan beberapa waktu lalu.
Di rumahnya nan luas itu, Ateng punya hobi lain selain memadamkan api, yakni bercengkerama bersama burung-burung dan ayam ketawa yang dipeliharanya dengan penuh perhatian. “Ini salah satu kesukaan saya ketika ada di rumah, menikmati suasana rumah bersama kicauan mereka,” kata Ateng.
Lelaki bertubuh subur yang kini lebih suka dipanggil Atok itu, sekarang memang lebih banyak berada di rumah. “Sudah tua,” katanya. Namun untuk masalah kebakaran ia tetap bersemangat, kadang turun langsung. Bagi Ateng, hidupnya sekarang sudah lebih banyak diserahkan kepada Tuhan.
Ketika semua orang, seperti dirinya yang dulunya pengusaha bekerja keras mencari dan mengumpulkan uang, kini Ateng malah berburu duit. Dia tak mau uang, tapi hanya mau Duit. Jangan salah dulu. Buat Ateng Duit itu bukanlah uang, karena itu kata singkatan, yaitu doa, usaha, iman dan takwa.
Ateng merasa Duit lebih berharga dari uang, karena hidup hanya persinggahan, hanya sementara, selebihnya kembali kepada Yang Maha Kuasa. Maka, dari sekarang sudah harus mempersiapkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta.
Kini Ateng memang lebih banyak bicara soal Ketuhanan ketimbang bisnis. Padahal semua saudaranya adalah pebisnis sukses. Ada sebelas saudaranya yang menceburi dunia usaha hingga ke Jakarta. Ateng sendiri adalah anak nomor tiga.
Tak dipungkiri kehidupannya dulu lumayan susah. Orangtuanya hanya pedagang kecil, kehidupan mereka terbilang sulit, makanya Ateng sebagai saudara tua, tak sempat mengenyam pendidikan tinggi. “Biar adik-adik saja yang sekolah tinggi, saya waktu itu cari usaha saja, bantu orangtua,” cerita Ateng.
Dari keluarga besar itu, hanya Ateng yang punya jiwa dermawan dan suka membantu orang tanpa mempedulikan keselamatan dirinya sendiri. Usai menamatkan pendidikan SMA, Ateng sempat menceburi dunia bisnis, ia membuka supermarket pertama di Pontianak, namanya Pontisari yang mangkal di Nusa Indah.
Discussion about this post