BPOM RI menjelaskan, bahwa sirup obat untuk anak yang disebutkan dalam informasi dari WHO, terdiri dari Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Keempat produk tersebut, diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India.
Sementara dr Piprim menyoroti banyaknya masyarakat yang terbiasa memberikan obat pada anak yang mengalami sakit ringan. Bahkan beberapa kasus, ada juga orangtua yang berani memberikan antibiotik pada anak tanpa anjuran dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Menurut Piprim jika anak mengalami demam, orang tua bisa memberikan kompres hangat yang lebih aman atau pemberian parasetamol melalui anus jika diperlukan.
“Kewaspadaan dini. Kalau kewaspadaan dini kan (tetap) boleh (mengkonsumsi). Kalau waspada kan nggak ada masalah. Kalau mau minum juga nggak apa-apa, belum ada larangan. Sebagai bentuk kewaspadaan dini,” tutur dia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI bahkan telah menegaskan, sirup obat batuk yang beredar di Gambia tidak beredar di Indonesia. Namun terkait kematian anak di Gambia dengan kondisi gagal ginjal akut, Prof Zullies menduga ada zat selain parasetamol dalam obat tersebut yang menjadi pemicu.
“Dugaan saya, bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian. Berdasarkan analisis laboratorium WHO, ditemukan bahan berbahaya, seperti dietilen glikol dan etilen glikol yang terkandung dalam obat batuk tersebut. Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu bisa menyebabkan gagal ginjal akut,” jelas Prof Zullies dalam keterangan tertulis.
Ia juga menjelaskan bahwa dietilen glikol berfungsi menambah kelarutan parasetamol pada sirup obat batuk dengan pembawa air. Pada kadar normal, bahan ini tak berbahaya. Namun jika berlebihan, bisa memicu sejumlah efek samping seperti sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, hingga cedera ginjal akut yang bisa menyebabkan kematian.
“Di Indonesia, penggunaan dietilen glikol maupun etilen glikol sebagai zat tambahan sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mustinya tidak ada masalah keamanan. Adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini, belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu diinvestigasi lebih lanjut,” kata dia. **
Discussion about this post