“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah, tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rerata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan,” jelas Wahyu.
Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. BPS menyebut, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2022 sebesar 1,041, naik dibandingkan September 2021 yang sebesar 1,016.
Indeks Keparahan Kemiskinan, pada periode yang sama, juga mengalami peningkatan dari 0,243 pada September 2021 menjadi 0,244 pada Maret 2022.
Apabila dibandingkan berdasarkan daerah, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan.
Pada Maret 2022, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 0,540, sedangkan di pedesaan jauh lebih tinggi, yaitu 1,332. Demikian pula untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan di perkotaan sebesar 0,093, sedangkan di pedesaan lebih tinggi lagi, mencapai 0,332.
BPS menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Pertama, perekonomian Kalimantan Barat kuartal I-2022 (q to q) mengalami kontraksi sebesar 0,36, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan Perekonomian kuartal III-2021 (q to q), yang terkontraksi sebesar 0,77.
Ke dua, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2022 sebesar 4,86 persen, menurun sebesar 0,96 poin terhadap TPT Agustus 2021 (5,82 persen).
Ke tiga, inflasi Maret 2022 terhadap September 2021 sebesar 1,93 persen. Ini menggambarkan indikasi daya beli masyarakat cukup baik.
Ke empat, pada Februari 2022 pekerja di sektor pertanian masih dominan, tetapi jumlahnya menurun, dibandingkan Agustus 2021, yaitu dari 47,34 persen kondisi Agustus 2021 menjadi 44,95 peresn pada kondisi Februari 2022.
Ke lima, produksi tanaman padi di Kalimantan Barat pada September 2021 sebesar 58,48 (ribu ton-GKG) dan Maret 2022 sebesar 138,25 (ribu ton-GKG), sehingga produksi tanaman padi di Kalimantan Barat Maret 2022 terhadap September 2021 mengalami peningkatan sebesar 136,41 persen.
Ke enam, NTP Maret 2022 mengalami peningkatan menjadi 152,67 yang terhadap September 2021 sebesar 134,25.
Ke tujuh, berdasarkan laporan Google Global Mobility Report, terjadi peningkatan mobilitas masyarakat di daerah ini, pada Bulan Maret 2022 jika dibandingkan dengan Bulan September 2021.
dan ke delapan, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahap pertama di tahun 2022 mulai disalurkan kepada keluarga penerima manfaat (KPM). Besaran yang diterima Rp 600.000 untuk masing-masing keluarga penerima manfaat untuk periode tiga bulan pertama. **
Pewarta / Editor : Yuli.S
Discussion about this post