SEBUAH studi menyebut, bahwa DNA virus cacar monyet terdeteksi di air liur. Studi dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh peneliti IS Global Mikel Martinez yang menyelidiki keberadaan materi genetik virus dalam sampel biologis berbeda, yang dikumpulkan pada waktu yang berbeda, dari 12 pasien dengan infeksi cacar monyet yang dikonfirmasi.
Ketika dilakukan diagnosis, viral load atau ukuran dari beratnya infeksi virus DNA yang tinggi, terdeteksi pada lesi kulit seluruh pasien. Selain itu, DNA virus terdeteksi dalam air liur semua kasus cacar monyet. Beberapa di antaranya memiliki viral load yang tinggi.
Hanya satu penelitian sebelumnya yang menguji air liur, pada satu pasien. DNA virus juga terdeteksi pada sampel rektal (11 dari 12 pasien), nasofaring (10 dari 12 pasien), semen (7 dari 9 pasien), urine (9 dari 12 pasien), dan feses (8 dari 12 pasien).
“Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan, adanya DNA virus sesekali dalam beberapa sampel dan pada beberapa pasien. Tetapi kami menunjukkan, bahwa DNA virus sering terlihat dalam berbagai cairan biologis, terutama air liur, selama fase akut penyakit, dan seterusnya hingga 16 hari setelah timbulnya gejala pada satu pasien,” kata Aida Peiro, penulis pertama studi tersebut, seperti dikutip Science Daily.
Para penulis studi menunjukkan, bahwa keberadaan DNA virus tidak selalu berarti virus tersebut menular. Menurut mereka, langkah selanjutnya adalah, mencoba mengisolasi virus menular dari sampel tersebut. Namun, mereka juga menambahkan viral load tinggi yang terdeteksi dalam air liur atau air mani, menunjukkan bahwa cairan tersebut memiliki potensi menular.
Peneliti IS Global Mikel Martinez, menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik, tentang mekanisme dan dinamika penularan virus, serta kemungkinan peran penularan seksual.
Discussion about this post