HUTAN mangrove terbaik di Asia Tenggara ada di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kekayaan alamnya luar biasa. Banyak keunikan terbentang di sini, dari hutan mangrove yang diakui terbaik se Asia Tenggara, hingga obyek wisata yang juga tak kalah menariknya.
Pemerintah daerah ini, kini mulai menata obyek wisatanya, di samping infrastruktur.
Di sisi lain WWF (World Wide Fund for Nature) Indonesia program Kalbar, sangat berkepentingan untuk menjaga kelestarian alam di sini, terutama hutan mangrove berikut penghuninya.
WWF mengungkapkan, Lanskap Kubu di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, memiliki kawasan yang punya nilai konservasi tinggi (NKT). Hutan mangrove dengan komposisi jenis yang cukup banyak, paling tidak ada 40 jenis mangrove, termasuk candelia candel, habitat bekantan, habitat pesut dan teridentifikasi 60 jenis burung.
Lanskap Kubu Raya mencakup area seluas 711.000 ha. Lanskap ini hampir dipenuhi dengan konsesi ekstraktif seperti perkebunan kayu, konsesi hutan alami dan hutan produktif yang belum dilepaskan untuk penggunaan ekstraktif, dan masih mengandung keistimewaan ekologis seperti mangrove dan lahan gambut, serta spesies-spesies penting seperti Paus, Pesut, dan Lumba-lumba.
Pada lanskap ini, area sejauh 4 mil lepas pantai telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai zona konservasi laut.
“Pendekatan lanskap, adalah konservasi yang tidak sekadar mengangkat isu-isu keanekaragaman hayati, namun menjangkau masalah lain, seperti ekonomi dan lokal, pertanian, ekowisata, keragaman bumi, kesehatan dan manfaat sosial dari lingkungan. Pendekatan ini sangat cocok untuk mengungkapkan berbagai aspek konservasi dan pembangunan di Lanskap Kubu, “ tutur Albertus Tjiu Manajer Program Kalbar WWF Indonesia ketika mengunjungi lanskap Kubu beberapa waktu lalu..
Dia berharap, program WWF bisa mendukung dan memberi dampak positif bagi program pembangunan pemerintah kabupaten Kubu Raya, termasuk bagi kelestarian sumber daya alam, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucap Albertus Tjiu,
Dia menjelaskan, tahun 2011 lalu WWF Indonesia bekerjasama dengan PT Kandelia Alam, PT. Bios dan PT.Bina Silva Nusa mengembangkan praktik ramah konservasi dan produksi yang berkelanjutan.
Lanjut tahun 2015 PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari, juga ikut bergabung dan berkolaborasi dalam penciptaan koridor untuk spesies Bekantan ( Nasalis Larvatus).
Discussion about this post