HUTAN mangrove yang terbilang sangat unit dan langka, hanya ada di Kalimantan Barat. Daerah ini menjadi tempat hidup beberapa spesies pohon langka, seperti Bruguiera Hainesii (Bakau Mata Buaya), Kandelia Candel (Lenggadai Betina) yang merupakan endemik Kalimantan dan Sumatera.
Di hutan mangrove Kalimantan Barat ini, selain pohon langka, juga ada spesies binatang langka seperti Nasalis Larvatus (Bekantan/kera hidung besar) dan Irrasaddy Dolphin (ikan pesut).
Kalimantan Barat memiliki mangrove seluas 177.023,738 Ha yang tersebar di lima Kabupaten (Kabupaten Sambas, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, dan Kabupaten Ketapang ).
Di Kabupaten Kubu Raya, ada perusahaan pabrik kertas Kandelia yang diberi hak memanfaatkan lahan hutan mangrove seluas 18.130 hektar, namun hanya 11.021 hektar saja yang dimanfaatkan. Sisanya untuk kawasan penyangga kebun benih dan lainnya sekira 4.242 hektar.
Kawasan untuk tidak produksi, luasnya 2.253 hektar, nonhutan efektif 615 hektar. Kata Fairuz Mulia, Direktur Kandelia, jarak antara hutan mangrove yang akan ditebang dengan kawasan pemukiman warga bervariasi kurang dari 1,5 kilometer.
Nah, untuk menuju ke kawasan ini, dimulai dari Pelabuhan Rasau Jaya, kemudian berlanjut menyusuri sungai Rasau dengan speedboat menuju Desa Kubu selama satu jam saja, akan butuh waktu tiga jam jika menggunakan kapal bermotor, biasa disebut warga dengan kapal kelotok.
Desa Kubu menjadi kawasan transit bagi para penumpang yang melakukan perjalanan dari atau ke Kabupaten Kayong Utara menyusuri sungai menuju Telok Batang.
Kawasan transit Rasau Jaya kini sudah tertata rapi, keramaian yang terus meningkat memaksa pemerintahan untuk membangun infrastruktur di sini. Selain keramaian pasar, penginapan sederhana pun sudah ada, namanya Famili, tarifnya pun murah, hanya sekira puluhan ribu Rupiah saja per malam.
Dari Kubu menuju Kandelia tak butuh waktu lama, hanya sekira satu jam saja sudah terbentang sebuah papan bertuliskan Lokasi Persemaian dan arboretum Mangrove IUPHHK – Hutan Alam PT Kandelia Alam.
Perusahaan ini juga menyediakan camp khusus plus pendopo bersantai, sekaligus menikmati santapan seafood. Macam-macam menu disediakan, dari kepiting, udang, ikan, hmm.. pokoknya sangat mengundang selera.
Kawasan yang dikelola Kandelia terbilang alami, pepohonan mangrove terlihat subur, ada penanaman dan ada perawatan. Begitu pula dengan penghuni alamnya, terjaga dan terawasi agar jangan sampai punah.
Perusahaan yang awalnya ditolak warga setempat ini, kini sudah ikut menjaga alam bersama WWF dan mitra lainnya. Selain itu pun, ada warga binaan dari Desa Kubu dan Batu Ampar. Mereka adalah para nelayan yang dibantu perusahaan Kandelia, dari nelayan keramba ikan, kepiting, udang, bahkan ada juga yang mengelola hasil alam, seperti madu.
Discussion about this post