PERTUMBUHAN ekonomi Kalimantan Barat di kuartal 1-2022 tercatat sebesar 4,05 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2021 lalu (yoy). Pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha.
Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Pertambangan dan Penggalian sebesar 41,23 persen dan Jasa Perusahaan sebesar 14,01 persen. Sementara itu, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memiliki peran dominan justru mengalami kontraksi sebesar 5,45 persen.
Badan Pusat Statistik merilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal 1-2022. Khusus Kalbar, pertumbuhan ekonomi kuartal 1-2022 terhadap kuartal yang sama tahun 2021 bertumbuh sebesar 4,05 persen (yoy). Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 41,23 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan terbesar terjadi pada komponen pengeluaran impor barang dan jasa tumbuh sebesar 20,74 persen diikuti oleh ekspor barang dan jasa tumbuh sebesar 10,70 persen.
Perekonomian Kalimantan Barat berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 61.302,23 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 36.070,05 miliar.
Struktur ekonomi Kalimantan Barat masih didominasi oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 22,54 persen, industri pengolahan 16,48 persen, perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor 12,86 persen dan konstruksi 11,82 persen. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Sementara dari sisi pengeluaran didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, yaitu sebesar 49,80 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 29,32 persen, dan ekspor barang dan jasa sebesar 15,59 persen.
Menurut Wahyu Yulianto, Kepala BPS Kalbar, perekonomian kuartal 1-2022 dibanding kuartal IV 2021 terkontraksi sebesar 0,36 persen (qtq). Komponen yang mengalami kontraksi paling dalam adalah pada pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) sedalam 23,21 persen, diikuti oleh ekspor barang dan jasa sebesar 20,83 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 7,73 persen serta komponen impor barang dan jasa yang merupakan faktor pengurang dalam PDB menurut pengeluaran terkontraksi sebesar 4,04 persen.
” Komponen pengeluaran konsumsi tumah tangga (PK-RT) dan pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) masing-masing tumbuh sebesar 2,38 persen dan 3,84 persen,” jelas Wahyu.
Menurut dia, struktur PDRB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Discussion about this post