SEPANJANG kuartal satu tahun 2022, BPS Kalbar menyebut bahwa Indikator ekonomi atau Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) terlihat membaik, lantaran terjadi peningkatan dari 50,17 pada kuartal IV- 2021 menjadi 51,71 pada kuartal I-2022.
Kondisi ini juga lebih baik, dibandingkan dengan kuartal I-2021 yang sebesar 50,01. Sedangkan Indeks Penjualan Riil kuartal I-2022 sebesar 12,22 meningkat dibandingkan kuartal IV-2021 yang sebelumnya hanya di angka 10,39.
Subsektor tanaman pangan, utamanya padi juga terlihat mengalami peningkatan produksi sebesar 445,17 persen secara (qtq) dan 3,46 persen secara tahunan (yoy). Sementara produksi palawija secara umum juga mengalami peningkatan produksi secara kuartalan (qtq), meski secara tahunan (yoy) mengalami penurunan, persentasenya masing-masing sebesar 22,85 persen dan minus 16,09 persen.
“Secara total, produksi tanaman pangan (padi plus palawija), diperkirakan mengalami penurunan minus 2,46 persen dibandingkan produksi pada kuartal pertama tahun 2021,” tutur Wahyu Yulianto, Kepala BPS Kalbar.
Kata dia, produksi subsektor perkebunan tahunan, utamanya komoditas kelapa sawit menurun secara kuartalan (qtq), tetapi menaik secara tahunan (yoy) masing-masing sebesar minus 3,30 persen dan 4,56 persen.
Di sisi lain, permintaan akan produk turunan kelapa sawit terkerek lumayan tinggi, sehingga mampu mendorong peningkatan harga CPO. Fenomena ini sejalan dengan meningkatnya indeks harga produsen pada kedua komoditas tersebut, baik secara tahunan (yoy) Â maupun kuartalan (qtq).
“Sedangkan produksi komoditas perkebunan lainnya, seperti karet, melorot, baik secara kuartalan maupun tahunan, masing-masing terkontraksi sebesar minus 6,81 persen dan minus 24,24 persen,” jelas Wahyu Yulianto.
Menurut BPS, produksi hasil tambang, utamanya komoditas bauksit melorot secara kuartalan (qtq) minus 25,91 persen, di sisi lain terkerek sebesar 72,77 persen jika dilihat secara tahunan (yoy).
Di sektor konstruksi juga menukik ke bawah secara kuartalan (qtq), namun tetap tumbuh secara tahunan. Ini menurut BPS, sejalan dengan realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat, yang terkontraksi minus 25,37 persen (qtq) dan tumbuh 14,24 persen (yoy).
Sementara aktivitas di sektor perdagangan, terlihat masih lesu, meski pemerintah telah memberi perpanjangan insentif pajak pernjualan atas barang mewah (PPnBM) seratus persen, ternyata belum mampu menggoyang aktivitas sektor perdagangan mobil, sepeda motor serta reparasinya secara signifikan.
“Ini bisa kita lihat dari jumlah penerbitan STNK kendaraan baru secara tahunan (yoy), yang hanya sebesar 0,66 persen dan secara kuartalan (qtq) terkontraksi minus 28,02 persen. Penandanya adalah realisasi penerimaan pajak kendaraan BBNKB-I,” kaya Wahyu Yulianto, Kepala BPS Kalbar.
Di sisi lain, seiring dengan meningkatnya program vaksinasi, juga ikut mendorong sektor transportasi yang bertumbuh cukup tinggi. Khususnya jumlah penumpang yang berangkat dengan transportasi udara, tumbuh baik secara kuartalan maupun tahunan yang terdata sebesar 15,64 persen dan 96,03 persen.
Discussion about this post