Ditangisi Petani
Lahan tanaman lidah buaya yang biasa disebut aloevera seluas 75 hektar di area Pontianak Utara yang menjadi andalan produksi Jestkins Borneo, ternyata tidak selalu berkembang subur dan melimpahi panen. Lahan ini pernah ditangisi petani di tahun 2016 lalu. Pasalnya, panen yang diharapkan melimpah dan menghasilkan Rupiah setiap pekan, berkurang separonya. Hanya bersisa 50 persen saja yang bisa dinikmati hasilnya.
Lahan aloevera tersebut terserang hama penyakit tanaman, yang petaninya sendiri pun tidak tahu apa nama penyakitnya itu. Kondisinya sangat memprihatinkan. Sebagian besar tanaman lidah buaya meranggas terserang hama penyakit, layu, membusuk, kemudian tewas, tak bisa terselamatkan. Separo dari luas lahan tanaman lidah buaya para petani di area Pontianak Utara sudah tak bisa ditolong, terpaksa dibuang dan ditanami kembali. Menunggu sembilan bulan untuk kembali panen, petani merugi puluhan juta Rupiah.
Di Pontianak Utara itu, Beni membina kelompok tani Borneo Aloevera Siantan, anggotanya puluhan orang, semuanya petani lidah buaya yang hasil panennya dijual ke Jestkins miliknya Beni. Karenanya, begitu tanaman lidah buaya alias aloevera itu terserang penyakit, ayah tiga anak ini pun ikut risau.
Kata Beni, serangan penyakit yang dia juga tak tahu namanya itu, berlangsung selama satu tahun. Salah satu penyebabnya, karena cuaca panas ekstrim. Tanaman-tanaman tersebut menjadi layu, membusuk kemudian mati. Para petani tak bisa berbuat banyak, selain membuang tanaman-tanaman yang terserang penyakit tersebut, kemudian menanam kembali.
Separo dari luas lahan petani tersebut hilang, tak menghasilkan apapun. Biasanya, petani memanennya setiap pekan dengan hasil sekira Rp 2.000.000 per petani. Karena banyak tanaman yang mati, petani hanya pasrah dengan penghasilan satu juta Rupiah saja. Mereka harus menunggu sembilan bulan lagi untuk kembali ke kondisi normal. Kalikan saja berapa banyak duit yang seharusnya dinikmati petani ini hilang karena serangan hama. **
Penulis Yuli.S
Artikel ini telah diterbitkan di Tabloid Matra Bisnis.
Discussion about this post