MASIH dalam suasana Hari Raya Imlek 5 Februari 2022, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalbar, Agus Chusaini memasuki Kota Seribu Kelenteng, Kota Singkawang. Tujuannya ke Kelurahan Sedau, Kecamatang Singkawang Selatan, Kota Singkawang. Di sini ada lahan pertanian seluas 60 hektar yang merupakan pusat pertanian pedesaan swadaya (P4S), namanya JAS-B, singkatan dari Jujur Akur Sukses Bersama, diketuai oleh Naweri.
Tahun 2010, lahan ini mulai dikelola Naweri dengan jumlah anggota Poktan (Kelompok Tani) 32 orang saja. Jumlah anggotanya terus bertambah, kini sudah 120 orang. Mereka menggarap usaha tani hortikultura, di antaranya jagung manis, talas atau keladi, kacang panjang, cabe serta sayur mayur lain. Belakangan, ada juga tanaman kurma yang mulai coba dikembangkan.
Selain tanaman horti, tambak ikan juga berkembang baik. Isi tambak ikannya, lumayan macam-macam, dari ikan nila hingga paten. Sekali panen bisa meraup 2 ton.
Meski sudah terbilang menghasilkan, namun bukan berarti mereka tidak butuh bantuan. “Masih banyak bantuan yang kami butuhkan untuk mengembangkan pertanian ini,” tutur Naweri. Namun ia bersyukur, kehadiran BI sangat membantu mereka.
Kehadiran Agus Chusaini di lahan pertanian horti ini memang tidak sekadar melihat-lihat, ada bantuan yang disalurkan, yakni berupa sarana dan prasarana serta teknologi pertanian yang tepat, antara lain cultivator, pompa air dan mesin pemotong rumput.
“Dengan luasan lahan dan produksi yang cukup besar, kami memandang perlu memberi dukungan sistem pertanian yang optimal kepada Poktan Jas-B,” tutur Agus Chusaini ketika meresmikan program PSBI di daerah ini.
Dia menjelaskan, bahwa Bank Indonesia terus berkomitmen, berjalan dan melangkah bersama dengan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota di Kalbar guna memajukan masyarakat melalui sinergi berbagai program pengembangan.
BI memiliki empat program utama, yaitu klaster pengendali inflasi, pengembangan ekonomi dan UMKM Syariah, program Wirausaha Bank Indonesia (WUBI) dan program Local Economic Development.
Nah, program utama klaster pengendali inflasi mendukung pencapaian tugas Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi di daerah. Program dilaksanakan melalui pengembangan komoditas pertanian penyumbang inflasi utama, bersinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
BI begitu rajin menggenjot produktivitas. Lantaran masalah di Kalbar, termasuklah Singkawang, utamanya adalah masalah produktivitas yang masih midle karena terbentur oleh luasan lahan.
“Ada dua tempat untuk distribusi pangan. Satu di Pontianak dan satu lagi di Singkawang. Ini dipakai untuk seluruh Kalbar. Jadi produktivitasnya memang perlu digenjot lagi, untuk menjaga stabilitas inflasi agar tidak naik turun,” kata Agus.
Hortikultura (sayuran) merupakan salah satu produk unggulan dari Kota Singkawang, yang menyuplai kebutuhan kabupaten/kota lain di Kalimantan Barat. Tingginya permintaan terhadap hortikultura, menyebabkan produk-produk hortikultura kerap menyumbang inflasi. Sebut saja cabe rawit, kacang panjang, dan sawi.
Melihat kondisi tersebut, BI berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kota Singkawang, mengidentifikasi kelompok tani di Kota Singkawang, yang potensial untuk membantu pemerintah mengatasi permasalahan tersebut.
“Karena inflasi itu harus dikendalikan, harus stabil dan tidak naik turun terus. Salah satunya adalah dengan ketahanan pangan,” tegas Agus.
Begitu pula masalah UMKM yang terkait pertanian, bantuan PSBI terbilang cukup besar. Di sini peran BI lebih kepada manajerial skill, atau pelatihan. Karena pelaku UMKM rerata sudah pintar produksi, tapi kurang pintar berjualan.
“Mereka itu pintar produksi, tapi bingung ketika hendak berjualan. Akhirnya, produksi terhenti. Ini yang kita dorong agar mereka masuk dunia digital. Contohnya petani di daerah Jawa sekarang sudah digital, mereka jualan secara digital dan untungnya lebih besar. Karena selama ini petani yang nanam, untungnya malah orang lain,” kata Agus Chusairi.
Discussion about this post