TANAMAN umbi bernama keladi, atau biasa juga disebut talas, yang bahasa kerennya colocasia esculenta adalah tumbuhan penghasil umbi-umbian yang lumayan penting, yang ditanam di hampir semua daerah. Umbi yang satu ini banyak diolah menjadi aneka makanan ringan, seperti keripik.
Talas mengandung banyak nutrisi penting untuk tubuh. Contohnya, dalam 132 gram talas yang sudah dimasak memiliki kalori hingga 187 gram. Talas juga punya kandungan karbohidrat cukup tinggi, mengandung jenis pati khusus yang disebut dengan pati resisten, yang tidak dapat dicerna oleh manusia, sehingga tidak akan meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.
Talas di Singkawang, selain dijadikan keripik kini juga diolah menjadi tepung. Namanya Tepung Keladi Singkawang. Dijual seharga Rp 50 ribu per kilonya, tapi ada juga yang kemasan kecil 250 gram dan harganya lebih murah.
Tepung keladi ini dikembangkan oleh kelompok pengolahan Bulan Purnama beranggota 15 orang. Lokasinya di Desa Kelurahan Sungai Bulan Kecamatan Singkawang Utara, Kota Singkawang.
Mulai berdiri di tahun 2016 dengan pengolahan keripik keladi. Namun tatkala badai pandemi Covid-19 datang di tahun 2020, produksi makanan ringan ini pun ikut terbadai, kalah saing dengan keripik lain. Asal tahu saja, di Singkawang Utara ini, ada sekira 6 hingga 7 pengolahan keripik. Yang paling laris biasanya keripik singkong.
Nah, keripik keladi rupanya keteteran juga begitu diserang pandemi Covid-19, lantaran keladi ada batasan umur terbaiknya untuk diolah menjadi keripik, tidak boleh lewat dari usia 8 bulan. Akhirnya banyak keladi yang gagal diolah menjadi keripik.
“Keladi yang tak bisa diolah menjadi keripik itu, akhirnya kita coba olah menjadi tepung,” ucap Tati Haryati, anggota kelompok Bulan Purnama.
Pengolahan keladi menjadi tepung baru dimulai tahun 2021 lalu. Hasilnya ternyata tak mengecewakan. Tepung keladi itu bisa diolah menjadi beragam penganan, seperti kue kering, bolu, bronis dan lainnya. Rasanya juga tak kalah sedap dengan olahan kue terigu. Inilah salah satu pengembangan turunan keladi, yang kerap dipamerkan dalam setiap kegiatan.
Kelompok Bulan Purnama sekarang tidak lagi menjual keladi dalam bentuk mentah, tapi sudah diolah menjadi tepung. Untuk menghasilkan 10 kilo tepung keladi, dibutuhkan 50 kilo umbi. Dengan begitu tepung ini bisa tahan lama, beda dengan keladi mentah.
Aktivitas kelompok Bulan Purnama juga dilirik PSBI (Program Sosial Bank Indonesia). Karena produktif dan potensi, Bank Indonesia pun mengalirkan bantuan, di antaranya adalah open penepung, mixer dan lainnya untuk pengolahan hilirisasi keladi.
Discussion about this post