Sebelum mendapat bantuan dari BI, kelompok pengolah keladi ini melakukan pengolahan keladi menjadi tepung secara manual, mereka membayar upah kepada penepung, kemudian dijemur. Bantuan BI diterima tahun 2020.
“Bantuan yang kami terima sangat bermanfaat. Menghemat biaya produksi kami sekira 30 persen. Kalau biasa biaya produksi kami Rp 500 ribu, maka dengan peralatan sendiri biayanya hanya Rp 300 ribu saja,” ucap Tati.
Kepala Perwakilan BI Kalbar, Agus Chusaini berkesempatan mengunjungi kelompok pengolah hasil Bulan Purnama ini, Sabtu 5 Februari 2022. Dia pun mencicip penganan kue kering tepung keladi.
“Hhmmm, enak juga ya. Rasanya seperti ada serat kelapa,” katanya.
Agus Chusaini berharap ada hilirisasi dari produk keladi ini, selain dibuat tepung untuk kue-kue. Setelah melihat hasil pengolahan keladi menjadi tepung yang masih dalam kondisi kasar, Agus menyarankan bisa dibuat oatmeal yang harga jualnya bisa lebih tinggi, dan bisa bersaing dengan produk yang ada.
“Karena kalau hanya mengandalkan tepung keladi, dengan harga Rp 50 ribu per kilo, itu susah bersaing dengan tepung terigu yang harganya lebih murah,” kata Agus.
Harapan untuk pengembangan tepung keladi beserta turunannya, juga akan dilakukan oleh kelompok ini.
“Iya, sesuai dengan harapan BI, kita akan terus melakukan terobosan mengembangkan tepung keladi beserta produk turunannya,” janji Tati. **
Discussion about this post