Bersama tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah, mereka sepakat menyatakan, bahwa keberadaan perkebunan sawit sangat membawa dampak positif bagi masyarakat.
Dengan dana CSR (Corporate Social Responsibility) selain membuka infrastruktur jalan, membangun jembatan, membangun tempat-tempat ibadah, perusahaan perkebunan sawit ini juga mempekerjakan sebagian besar penduduk setempat.
“Keberadaan perusahaan sawit di sini bagi kami membawa dampak besar, infrastruktur yang mereka bangun otomatis meningkatkan perekonomian masyarakat, mempermudah arus perdagangan yang dulunya susah dilalui dan harus memutar jauh ketika hendak menuju ke ibukota kecamatan,” ucap Yusak, Panglima adat Macan Mawang.
Menepis isu-isu negatif yang menyebut pembangunan jembatan Ketungau 3 serta pembukaan infrastruktur jalan hanyalah untuk kepentingan perusahaan semata, para tokoh masyarakat dan tokoh adat menegaskan, bahwa masyarakat juga paling diuntungkan dengan terbangunnya jembatan tersebut.
“Jembatan Ketungau 3 kita manfaatkan bersama, tidak hanya oleh perusahaan perkebunan sawit, tapi juga oleh masyarakat semua. Dan terbukti adanya jembatan ini semakin mempersingkat perjalanan,” ujar Noven.
Menurut Noven, kehadiran perusahaan perkebunan sawit memang dibutuhkan masyarakat dalam mendongkrak perekonomian, begitu pula sebaliknya, perusahaan juga membutuhkan masyarakat. Untuk itu diperlukan sinergi atau kerjasama antar keduabelah pihak.
Diharapkan perusahaan-perusahaan perkebunan sawit bisa bekerjasama dengan masyarakat setempat serta para tokoh adat, selain membangun infrastruktur jalan, jembatan dan lainnya, juga turut peduli dengan kesehatan masyarakat.
“Kita juga berharap, ke depan ada pembangunan untuk kesehatan. Kita merasakan selama ini kalau hendak berobat susah, harus menuju kabupaten yang jaraknya jauh. Kita berharap ada Puskesmas atau klinik kesehatan yang dibangun di sini,” imbuh Noven **
Discussion about this post