Bursa Efek Indonesia (BEI) Provinsi Kalimantan Barat menyatakan siap membantu dan mensuport perusahaan-perusahaan yang ingin berkembang lebih besar lagi dengan mengakses pendanaan di pasar modal. “BEI meyakini dengan semakin banyaknya perusahaan daerah menjadi besar, akan membawa dampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi daerah,”kata Taufan Febiola, Kepala BEI Kalbar dalam Workshop Go Public yang digelar di Pontianak, Jumat 7 Juni 2024.
Taufan menyatakan, BEI sangat berkomitmen untuk terus memberikan edukasi dan berupaya agar semakin banyak perusahaan-perusahaan di daerah bisa mengakses pendanaan melalui pasar modal. “Kami sangat yakin, bahwa salah satu yang menjadi keberhasilan pengembangan sebuah perusahaan, adalah bisa mengakses pendanaan yang kompetitif di tengah kondisi global yang semakin sulit. Masuk pasar modal, bisa membuat perusahaan punya kesempatan untuk tumbuh lebih besar lagi,” ujar Taufan.

Dia mengungkapkan, per Juni 2024 tercatat 40 perusahaan yang berada dalam pipeline (antrean) untuk melangsungkan pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia.
Khusus di Kalimantan Barat perusahaan startup Topindo Solusi Komunika (TOSK) telah berhasil masuk Bursa Efek Indonesia pada Februari 2024 lalu dan sukses meraup dana melalui pasar modal sebesar Rp 109,37 miliar dengan melepas sahamnya sebanyak 875 juta lembar saham.
“Ini menjadi suatu kebanggaan, startup pertama yang tidak hanya di Kalbar tapi di seluruh Borneo yang dikelola oleh anak muda dari Singkawang, Kalimantan Barat dan mampu mencatatkan perusahaannya di Bursa Efek Indonesia, yang memulai usahanya dari nol,” tutur Taufan.
Dia berharap, ke depan semakin banyak perusahaan di Kalbar bisa mengakses pendanaan melalui pasar modal. Tahun ini, BEI Kalbar mencatat sudah ada beberapa perusahaan yang serius hendak melantai, yakni di sektor farmasi, kesehatan dan farmasi. “Setidaknya tahun depan sudah bisa go public,” ucapnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Barat, Maulana Yasin juga mengungkapkan, bahwa OJK turut mendorong perusahaan-perusahaan untuk masuk pasar modal. “Industri kecil, startup hingga UMKM terus kita dorong untuk bisa naik kelas. Mereka tentunya butuh modal yang kuat. Bagaimana caranya. Ternyata untuk mendapatkan modal tidak hanya melalui bank, tapi bisa juga di pasar modal,” ujarnya.
Maulana Yasin menilai, pasar modal Indonesia sangat potensial. Dari kapitalisasi pasar yang terus meningkat, angkanya Rp 12,77 triliun dengan membukukan net buy Rp 7,95 triliun secara tahunan (yoy). Kinerja pasar modal Kalimantan Barat juga menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi. Terlihat dari jumlah investor yang bertumbuh sebesar 15,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi 175.491 SID (Single Investor Identification), yang didorong oleh investor saham sebanyak 20,66 persen atau 14.479 SID dan investor reksadana tumbuh sebesar 16,44 persen atau 2.420 SID.
Sementara nominal transaksi pasar modal di Kalimantan Barat juga meningkat 6,58 persen atau sebesar Rp 80 miliar. Total pembiayaan pada posisi Maret 2024 sebesar Rp 1,13 triliun.
“Ini semakin memperkuat minat masyarakat untuk masuk pasar modal, karena pertumbuhannya yang signifikan. Bandingkan dengan tahun 2017 yang hanya memperoleh angka 2.224 dengan nilai Rp 516 miliar. Kinerja pasar modal Kalbar luar biasa, ” ucap Maulana Yasin.
OJK mengapresiasi startup Topindo yang telah melantai di pasar modal Indonesia. “Kita bangga startup daerah sudah melantai di Bursa Efek Indonesia. Ini diharapkan dapat memotivasi perusahaan-perusahaan lain, termasuk UMKM untuk go public melalui IPO,” imbuhnya.
Discussion about this post