Perekonomian keluarganya sempat goyah ketika terjadi kerusuhan perang suku di Kalimantan Barat yang mengakibatkan seluruh rumah dan hartanya habis di bakar oleh massa. Untuk hidup sehari-hari Sulaiman pun mengandalkan hasil tanam padi bersama kedua orang tuanya yang tanahnya harus sewa dari pemilik tanah. Sang ibu bahkan tidak pernah sekolah, namun sangat peduli dengan sekolah anak-anaknya.
“Dari tanam padi kedua orang tuanya itu ya hasilnya hanya pas-pasan saja untuk hidup sehari-hari,” tuturnya.
Namun begitu, kondisi tersebut justru menjadi pelecut semangat Sulaiman untuk tekun belajar dan berprestasi sejak bangku sekolah. Sejak SD hingga SMA, ia selalu masuk sepuluh besar, bahkan pernah memperoleh peringkat dua. Bahkan ketika SMA, Sulaiman aktif mengikuti organisasi yang ada di sekolah mulai dari pramukan dan OSIS.
Sadar dengan kondisi keluarga yang serba terbatas. Saat menjalani masa kuliah sarjana Sulaiman tidak hanya berdiam diri, ia aktif melakukan kerja paruh waktu dengan menjadi karyawan rental bahkan sempat juga jualan bakso keliling menggunakan grobak untuk mendapatkan uang saku dan selama itu juga Sulaiman tinggal di masjid kampus.
Dengan segala kondisi keluarganya, Sulaiman tidak sekalipun merasa berkecil hati. Justru ia sangat bersyukur, sebab kedua orang tuanya selalu mendukung untuk anaknya bisa meraih pendidikan setinggi mungkin. Hal itu menjadi semangat Sulaiman untuk terus belajar tekun hingga bisa menyelesaikan studi S1, S2 dan kembali melanjutkan studi pascasarjana di Program Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijayadengan beasiswa secara penuh.
“Saya selalu ingat pesan bapak ibu. Meski orang tua tidak sekolah, anak-anak harus bisa sekolah, sebab dibekali harta akan ada habisnya, tetapi jika dibekali ilmu akan abadi,” jelasnya.
Saat ini Sulaiman tengah fokus memenuhi target-target belajarnya selama di UB dan menjadi awardee BPI. Sulaiman memiliki minat penelitian di bidang Pelayanan Publik, Kualitas Sumber Daya Manusia, Kinerja Pegawai dan Kepuasan Masyarakat.
“Sekalipun dari pelosok desa, anak dari seorang petani yang tidak mendapatkan akses pendidikan formal, ekonomi pas-pasan, orang tua pun juga sudah tidak lengkap, tetap jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Kita berhak untuk bermimpi tinggi dan meraihnya. Doakan, semoga ilmu yang diperoleh berkah dan bisa selalu bermanfaat untuk sesama,” pesan Sulaiman, yang bercita-cita ingin menjadi akademisi dan peneliti.
Kisah Sulaiman ini tentu sangat inspiratif. Latar belakang keluarga kurang mampu tidak menjadikan penghalang bagi seseorang untuk mengakses pendidikan yang tinggi.
Tidak sedikit anak bangsa seperti Sulaiman yang diterima kuliah di UB dengan dukungan beasiswa pendidikan yang dikelola LPDP untuk memperlancar proses studi hingga akhir.
Hal ini menunjukkan komitmen kuat UB sebagai perguruan tinggi yang mendorong terwujudnya pendidikan tinggi berkualitas dan inklusif bagi semua masyarakat, termasuk bagi masyarakat miskin, difabel, dan daerah 3T.**
Discussion about this post