Kerjasama selanjutnya juga dilakukan dengan IDH Netherland, guna memastikan keberlanjutan Lanskap Kubu dengan menggunakan pendekatan multi stakeholder.
Hasilnya, dalam satu tahun, yakni 2015 – 2016 terlihat perubahan mindset para pelaku bisnis yang semakin peduli terhadap lingkungan, restorasi hutan mangrove serta pelestarian habitat marga satwa.
WWF juga telah menandatangani MoU dengan BKSDA untuk memberi perlindungan serta pengelolaan kawasan lindung dan satwa liar, kepastian kawasan jelajah bekantan dan pesut yang lebih luas lagi.
Fairus Mulia, Direktur Utama PT Kandelia Alam, salah satu mitra WWF menyatakan penting upaya kolaboratif para pihak dalam pengelolaan kawasan mangrove berbasis konservasi di Kabupaten Kubu Raya.
“Tujuan produktif konsesi tetap diselaraskan dengan kepentingan konservasi, seperti program restorasi mengrove dan perlindungan satwa liar, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konsesi,” tuturnya.
Ian M Hilman, Pawan Kubu Lanscape Leader WWF Kalbar menjelaskan, sejak 2011 lalu WWF telah melihat potensi alam dan keragaman hayati di Kubu Raya yang cukup besar, yakni Lanskap Kubu yang meliputi dua kecamatan yaitu Kubu dan Batu Ampar.
“Efektif sejak tahun 2015, WWF mencoba memberi manfaat berkelanjutan dari alam yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ada banyak atraksi wisata yang ditawarkan. Di antaranya panorama alam hutan mangrove yang indah. Namun perlu kehati-hatian dalam mewujudkan kegiatan wisata alam ini. Jangan sampai kegiatan wisata merusak kelestarian alam,” ucapnya. **
Artikel ini telah diterbitkan di Tabloid Matra Bisnis.
Penulis : Jili Andini
Editor : Yuli.S
Discussion about this post