DIREKTUR Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwahid menegaskan, politisasi agama atau menggunakan agama dalam ajang politik, adalah salah satu pemicu utama munculnya radikalisme dan terorisme.
“Radikalisme dan terorisme itu akar masalahnya adalah ideologi. Pemicu utamanya adalah politisasi agama,” Brigjen Pol R Ahmad Nurwahid dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.
Dia meminta, agar dalam menghadapi Pemilu 2024 nanti, tidak ada lagi yang namanya politisasi. Karena, apapun argumennya atau alasannya, agama adalah firman tuhan, sehingga harus menjadi sumber inspirasi untuk kemanfaatan semua pihak.
“Jadi politisasi agama, adalah pemicu utama radikalisme dan terorisme. Dan itu harus ditiadakan,” tegas Nurwahid saat menjadi narasumber dalam acara Diskusi Publik 2022 bertema Melawan Kelompok Radikal dalam Dinamika Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2024 yang digelar Yayasan Tri Bhakti Pratista di Advocafe, Purwokerto, Jumat, 3 Juni 2022.
Menurut Nurwahid, Indonesia sebagai negara yang sangat majemuk memiliki potensi sangat besar untuk terjadinya konflik, sehingga masyarakat harus berhati-hati dan tak gampang terpolitisasi.
“Negara kita punya potensial konflik yang paling besar di dunia. Di Arab, hanya beberapa etnis dan suku bangsa, pecah jadi berbagai negara. Bangsa Indonesia? Ada 1.300 lebih suku bangsa, tersebar di 17.000 lebih pulau-pulau. Agamanya ada enam, alirannya juga begitu banyak, dan ini bisa disatukan dalam NKRI. Bayangkan betapa besarnya potensial konfliknya, harus hati-hati dan dijaga,” imbuhnya.
Discussion about this post