Tugas pemadam api di Kota Pontianak, terbilang satu-satunya di dunia yang bekerja betul-betul tanpa pamrih, tanpa bayaran dan jumlahnya tidak sedikit. Rerata petugas pemadam api di satu yayasan bisa mencapai puluhan orang. Yayasan Pemadam Kebakaran Khatulistia (YPKK) yang dikomandani oleh Johnny Yuwandi ini jumlahnya 90 orang.
Mereka semua kompak dan selalu ceria menjalankan tugasnya, walau terkadang kena semprot pemilik rumah yang tertimpa musibah kebakaran, atau masyarakat sekitar lokasi kebakaran, lantaran telat datang dan sebagainya. Masyarakat banyak yang belum paham, kalau tugas pekerja pemadam api ini sukarela, tanpa bayaran.
“Kadang ada masyarakat yang telah kita bantu mengucapkan terima kasih dan memberi dana ke kita, ya kita terima, tapi kita tidak pernah meminta. Bagi kita bisa membantu kesulitan masyarakat sudah merupakan sesuatu yang luar biasa yang tak bisa dinilai dengan uang,” ucap Adi Gunawan.
Di Jakarta saja, pekerja pemadam kebakaran sudah menjadi bagian dari pemerintahan provinsi, makanya petugas pemadam api di ibukota itu benar-benar bekerja untuk mencari makan. Gaji mereka sama dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu sekira Rp 3.600.000, sementara komandannya mendapat tunjangan selain gaji. Untuk tunjangannya saja bisa sekira Rp 5 jutaan. Di luar negeri lain lagi. Pekerja pemadam api, merupakan pekerjaan dengan bayaran tinggi, mereka dilatih secara profesional serta dilengkapi fasilitas yang sangat mumpuni.
Mengutip situs salary.com, gaji pemadam kebakaran di Kota Los Angeles, Amerika Serikat, rerata pendapatan mereka sekira Rp 413.234.000 setahun, itu berarti gaji mereka dalam satu bulan lebih dari Rp 30 juta. Sangat menggiurkan.
Bandingkan dengan Kota Pontianak, tanpa gaji sepeser pun, mereka bekerja tak kalah sigapnya dengan tenaga-tenaga profesional yang dibayar mahal.
“Ya, kita di sini memang unik. Di seluruh dunia, hanya Pontianak yang mampu melakukan itu. Mereka bekerja tanpa memikirkan salary, tanpa pusing dengan gaji, padahal pekerjaan yang mereka lakukan termasuk berbahaya, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka sendiri, dan mereka melakukannya dengan ikhlas, tanpa pamrih,” tutur Johnny.
Begitu pula ketika, petugas ini mengalami musibah, semisal sesak nafas lantaran asap dari kobaran api atau kecelakaan dan harus masuk rumah sakit, semua ditanggung oleh yayasan.
Keberlangsungan yayasan pemadam api seperti ini, terutama untuk kebutuhan biaya operasional, biasanya memang dibantu oleh para donatur yang sebagian besar tergabung dalam kepengurusannya, meski kadang juga ada donatur dari luar yang kebanyakan berprofesi sebagai pengusaha. “Kita biasanya iuran semua pengurus. Dari kocek kita semua untuk mengisi kas yayasan,” ucap Tio Ngim Lay. **
Penulis Yuli.S
Artikel ini telah terbit di Tabloid Matra Bisnis.
Discussion about this post