“Ditambah jumlah calon perusahaan terÂcatat yang sedang mengantri atau sedang dalam pipeline sebanyak 25 calon perusahaan tercatat. Angka pencatatan baÂru saham ini, juga merupakan yang terÂtinggi di ASEAN, serta masuk dalam urutan ke-12 di dunia,” ungkap Luhut.
Dari sisi permintaan, menurut Luhut, jumlah investor yang meliputi investor saham, reksa dana, dan obligasi di pasar modal sampai dengan 30 September 2021 jumlahnya mencapai 6,43 juta investor, meningkat 66 persen dibandingkan akhir 2020, atau hampir naik lima kali lipat sejak 2017.
“Angka ini secara umum didominasi oleh investor ritel yang proporsinya mencapai 90 persen dari total keseluruhan investor. Meningkatnya partisipasi investor ritel yang mayoritas merupakan investor domestik, merupakan pencapaian yang membanggakan sekaligus tidak disangka-sangka,” tuturnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh SanÂtoso dalam sambutannya pada seremoni pembukaan CMSE 2021 juga berharap, sesi-sesi diskusi ini akan memberikan keuntungan bagi seluruh pengunjung virtual dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Wimboh menyatakan, ke depannya akselerasi digitalisasi khususnya di sektor keuangan akan menjadi hal yang krusial sehingga pelaku industri dapat memberikan layanan yang cepat, murah, dan berkualitas baik kepada seluruh pemangku kepentingan.
Akselerasi digitalisasi di sektor keuangan menurut Wimboh bukan hanya perlu dilakukan di industri perbankan namun juga di industri pasar modal sehingga dapat memberikan potensi besar khususnya bagi perusahaan rintisan (startup) untuk mendapatkan pendanaan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Wimboh turut memberikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan yang terus bersinergi mendukung program pemulihan ekonomi nasional melalui pertumbuhan pasar modal Indonesia, dengan menerapkan prinsip tata kelola, manajemen risiko, serta kepatuhan terhadap perÂaturan dan perundang-undangan.
Sementara Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menyebut, bahwa pencapaian dan kinerja pasar modal Indonesia yang membanggakan, tidak terlepas dari dukungan seluruh pemangku kepentingan. Inarno berharap, pasar modal Indonesia dapat terus memberikan kinerja yang baik, sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional.
“Kami juga berharap rangkaian acara CMSE 2021 dapat membantu masyarakat untuk melihat, bahwa investasi pasar modal terbuka untuk semua orang dan dapat dipercaya, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar serta jumlah investor,” kata dia.
Sementara Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Yunita Linda Sari mengakui, bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu ujian terberat bagi pasar modal domestik, di mana harga saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari seluruh sektor sempat anjlok pada tahun lalu. Imbas pandemi, IHSG bahkan sampai turun hingga di bawah level 4.000 pada Maret 2020.
“Ini adalah titik terendah yang selama ini kita alami, namun Alhamdulillah kemudian IHSG berhasil rebound dan mengalami penguatan. Penutupan perdagangan kemarin IHSG di level 6.536,9 dan bahkan untuk kapitalisasi pasar, berhasil mencetak rekor baru, yaitu sebesar Rp 8.015 triliun. Bukan prestasi yang kecil menurut saya, dan kita patut bersyukur kerja keras kita membuahkan hasil,” ujar Yunita.
Begitu juga dengan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO di bursa. Pada 2019 ada 59 perusahaan yang telah melakukan IPO dengan total emisi sebesar Rp14,7 triliun. Sementara itu pada 2020 terjadi penurunan yaitu sebanyak 48 perusahaan dengan total emisi Rp 6,07 triliun.
Per 11 Oktober 2021, perusahaan yang melakukan IPO memang masih menurun, yaitu sebanyak 38 perusahaan, namun total emisinya mencapai Rp32,14 triliun. Peningkatan total emisi yang besar tersebut, ditopang oleh IPO yang dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup) dengan nilai valuasi yang cukup besar.
“Regulator pasar modal Indonesia atau OJK akan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk selalu responsif dan mengÂakomodir kebutuhan masyarakat khususnya pelaku usaha yang ingin mendapatkan akses pendanaan alternatif dan manfaat lainnya sebagai perusahaan terbuka atau go public, termasuk dalam masa pandemi Covid-19,” kata Yunita. **
Berita ini telah terbit di Tabloid Matra Bisnis Edisi Oktober 2021
Discussion about this post