Simrin Singh, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, menyoroti ketepatan waktu dukungan ILO untuk program pengembangan keterampilan Indonesia dalam menanggapi transisi industri yang serba cepat dan transformasi digital yang dihadapi pasar kerja Indonesia.
“Kolaborasi ILO dengan berbagai lembaga baik publik maupun swasta akan memastikan dan mempercepat pengembangan tenaga kerja yang siap, terlatih dan terampil di sektor kunci ini. investasi pada keterampilan tentunya meningkatkan produktivitas, kualitas serta memastikan elemen-elemen dasar dari pekerjaan yang layak seperti perlindungan sosial dan upah yang adil,” katanya.
Sesi berbagi pengetahuan mengenai praktik-praktik baik, yang dihasilkan oleh proyek dalam mempromosikan pembelajaran berbasis kerja yang inklusif dan bertanggung jawab melalui pemagangan yang berkualitas dipresentasikan oleh Chairul Saleh, Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Darwoto, Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Wisnu Wibowo, Ketua Komite Tetap Pelatihan Kerja Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Sholahudin, SE, ME, Direktur Bina Pemagangan dan Pelatihan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan dan Djoko Wahyudi, Presiden Federasi Serikat Pekerja Panasonic Gobel.
Para panelis mendiskusikan tentang pengembangan dan integrasi mekanisme keluh kesah bagi peserta pemagangan dan pentingnya kemitraan publik-swasta untuk pelatihan keterampilan kembali dan peningkatan keterampilan (upsklling and reskilling) bagi pekerja untuk mempromosikan praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab, dalam perekrutan dan penempatan kerja serta dalam mengembangkan rencana pengembangan karier bagi tenaga kerja di sektor elektronik.
Selanjutnya testimoni mengenai manfaat dari kolaborasi dan program pelatihan yang diberikan oleh Proyek Keterampilan ILO dipaparkan oleh perusahaan multinasional, pusat pelatihan/penyedia pelatihan dan usaha kecil dan menengah yang menjadi pemasok dalam rantai pasokan elektronik di Indonesia.
Testimoni ini menggarisbawahi bahwa baik pengusaha maupun pekerja harus mengembangkan kapasitas mereka agar mampu mengelola teknologi canggih, serta meningkatkan kesadaran akan praktik bisnis yang bertanggung jawab guna mendorong rantai pasokan yang lebih inklusif dan tangguh.
Dalam kurun waktu dua tahun sejak dimulainya proyek ini pada 2023, Proyek Keterampilan ILO telah melibatkan 1.150 pengusaha dan pekerja di sektor elektronik, menyelenggarakan 24 lokakarya dan seminar pengembangan kapasitas dan berbagi pengetahuan di seluruh negeri serta mengembangkan delapan program pelatihan yang berkolaborasi dengan pemerintah dan mitra sosial.
Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, tetapi juga membangun kapasitas para pemangku kepentingan nasional, khususnya industri elektronik tentang pentingnya mempromosikan pengembangan keterampilan dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab.
Proyek Keterampilan ILO juga telah menerbitkan dua Panduan untuk pengusaha tentang Pemagangan Berbasis Sekolah yang Berkualitas di Tempat Kerja dan tentang Pengembangan Mekanisme Keluh Kesah bagi Peserta Pemagangan, satu panduan pelatihan untuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi dan perusahaan tentang Pengembangan Keterampilan dan Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab, serta melakukan kajian keterampilan bertajuk
Pengembangan Keterampilan dan Situasi Ketenagakerjaan di Sektor Elektronika Indonesia, bekerja sama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Publikasi ini menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan utama di sektor elektronik Indonesia untuk terus mendorong pengembangan keterampilan agar dapat menjalankan bisnis yang lebih bertanggung jawab.
Lebih dari 100 orang yang mewakili berbagai pemangku kepentingan berpartisipasi dalam seminar dan terlibat dalam diskusi untuk memajukan pengembangan keterampilan, untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan produktivitas pekerja, mempromosikan kemitraan publik-swasta guna memfasilitasi intervensi pengembangan keterampilan dengan lebih baik, serta mengembangkan lanskap kebijakan dan praktik yang semakin meningkatkan ketahanan rantai pasokan melalui strategi perdagangan dan investasi yang lebih baik.**
Discussion about this post