Munculnya kecerdasan buatan mewakili kekuatan transformatif, yang menawarkan peluang menarik sekaligus tantangan besar di pasar kerja. Kendati kecerdasan buatan mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi, kecerdasan buatan juga menimbulkan kekhawatiran mengenai perpindahan pekerjaan dan memperburuk kesenjangan yang ada.
Untuk membahas lebih jauh dampak kecerdasan buatan terhadap dunia kerja, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyelenggarakan Forum Tingkat Tinggi bertajuk Kecerdasan Buatan dan Implikasinya terhadap Pasar Kerja Indonesia, pada 26 Juni di Jakarta.
Forum ini diawali dengan pidato utama oleh Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengenai peluang kerja di pasar kerja Indonesia dan pidato pembukaan oleh Celeste Drake, Deputi Direktur Jenderal ILO, yang menyoroti beberapa isu utama dan tantangan global.
Dengan mempertemukan para ahli yang beragam secara strategis untuk dialog pertama mengenai kecerdasan buatan dalam konteks kebutuhan, kesiapan dan tata kelola pasar kerja di Indonesia, Forum ILO ini berfungsi untuk merangsang refleksi yang tepat waktu mengenai situasi Indonesia saat ini dan langkah selanjutnya dalam perencanaan dan investasi ketenagakerjaan.
Forum ini memberikan arahan awal tentang tujuan yang harus diambil, dan cara terbaik untuk mencapainya guna memanfaatkan keuntungan pasar kerja, tanpa meninggalkan siapa pun. Indonesia merupakan pasar potensial yang terbesar di kawasan ini untuk investasi pengembangan kecerdasan buatan, dengan potensi yang signifkan untuk memacu dan mewujudkan pasar kerja yang lebih adil yang dapat memperoleh manfaat dari kecerdasan buatan, sekaligus memitigasi risiko apa pun.
Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menggarisbawahi komitmen Pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan masa depan kecerdasan buatan dalam perekonomian Indonesia.
“Kami telah meluncurkan Strategi Nasional Pembangunan Ekonomi Digital Indonesia 2030 sebagai negara yang melaksanakan transformasi digital yang membantu meningkatkan lanskap ekonomi, melindungi talenta digital, menciptakan lapangan kerja dan memastikan langkah kita mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” dia menyatakan.
Studi global ILO, Kecerdasan Buatan Generatif dan Pekerjaan: Analisis global mengenai dampak potensial terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan, mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan lebih cenderung menambah bukan menghancurkan pekerjaan dengan mengotomatisasi beberapa tugas dibandingkan mengambil alih suatu peran secara keseluruhan. Karenanya, dampak terbesar dari teknologi ini bukan pada hilangnya lapangan kerja, melainkan potensi perubahan pada kualitas pekerjaan, termasuk intensitas dan otonomi kerja.
Discussion about this post