“Sedangkan muatan cargo dan kendaraan yang menggunakan Kapal-Kapal Roro untuk tahun 2023 sebanyak 152 ribu unit kendaraan dan truck muatan, dengan komposisi sebaran 10,9% melalui Jakarta, 78,8 persen Marunda, dan 10,3 persen Semarang,” jelas Hambar.
Pelabuhan Dwikora Pontianak belum dapat disandarkan kapal-kapal besar dikarenakan kedalaman alur sungai yang masih terbatas dan juga adanya ketergantungan pasang surut air. Hal ini berbeda dengan Terminal Kijing Mempawah.
“Di Terminal Kijing memiliki kedalaman kurang lebih 16 meter, dan saat ini telah dilakukan penyandaraan beberapa kapal besar dengan draft kapal 11-12 meter untuk muatan curah cair, curah kering, maupun general cargo,” kata Hambar
Di sekitar kawasan Terminal Kijing terdapat beberapa perusahaan besar yang sedang dalam proses pembangunan, sebagai contoh pembangunan pabrik PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), jaraknya kurang lebih 8 km dari Terminal Kijing, di mana pabrik tersebut fokus untuk pengembangan proyek SGAR (Smelter Grade Alumina Refenery) dengan kapasitas 1 juta produk alumina per tahun.
Produksi curah cair, khususnya pengelolaan CPO dan turunannya, di Terminal Kijing telah melayani kegiatan bongkar muat cargo CPO dan turunannya dari PT Energi Unggul Persada, dan ke depan akan ada 2 perusahaan baru yaitu PT Fasific Bio Industri dan Apical Group, yang mana saat ini sedang dalam proses land clearing.
“Untuk curah cair, yang berupa CPO dan turunannya, , di Terminal Kijing telah mencapai 1,6 juta ton di periode 2023 dan ini naik 155 persen dari periode tahun sebelumnya (yoy). CPO dan turunannya ini telah didistribusikan ke berbagai negara, seperti China (337 ribu ton), India (190 ribu ton), Singapore (161 ribu ton), dan beberapa negara Asia lainnya.
Sedangkan untuk bahan CPO yang ada di Terminal Kijing berasal dari wilayah Kalimantan Barat (35,1 persen), Sumatera (38,5 persen), Kalimantan Tengah (4,3 persen), Kalimantan Selatan (1,8 persen), Kalimantan Timur (1,9 persen), dan Jawa (18,4 persen).
Hasil dari pertemuan ini, akan segera disampaikan kepada Duta Besar Polandia untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut, dan akan diteruskan para pengusaha di Polandia. Dengan adanya Terminal Kijing dan besarnya produksi CPO, maka dapat dikatakan ketersediaan cangkang sawit juga melimpah, hal ini sangat menarik untuk didorong kemitraan/sinergi bersama, demi masa depan yang lebih baik. **
Discussion about this post