Iwan membuktikan, bahwa Kalimantan Barat punya kopi Liberika yang berpotensi tinggi. Terbukti, setelah dikembangkan dengan serius dan diikutsertakan pada Pameran International Termatalia 2022 di Spanyol, Liberika Kayong Utara sukses meraih juara pertama. Semangat juara inilah, yang membuat petani-petani kopi semakin bergairah, apalagi pasarnya sudah menanti.
Produksi pertama Kopi Liberika Kayong dimulai pada tahun 2017 dengan jumlah hanya 20 kiloan saja per bulan. Sekarang di tahun 2023, produksinya sudah mencapai 800 hingga 1 ton per bulan. Itu pun masih belum mencukupi kebutuhan pasar lokal, sementara di luar sana ada permintaan hingga puluhan ton per bulan.
“Saat ini, kita masih fokus menjual di pasar lokal saja dulu, yakni di Pontianak dan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara sendiri. Kita menjaga, jangan sampai produksi Liberika Kayong malah tidak ada di daerah asalnya. Hanya nama saja, sementara produknya tidak ada. Ini jangan sampai terjadi,” tegas Iwan.
Meski tawaran ekspor mengalir untuk Liberika Kayong, namun Iwan tidak tergiur, sebelum ia mampu memenuhi kebutuhan pasar di lokal. Padahal harga kopi Liberika Kayong untuk pasar ekspor lebih tinggi, yakni Rp 100 ribu per kilo, sedangkan dijual lokal hanya sekira Rp 45 ribu – Rp 50 ribu per satu kilo.
‘Sebenarnya untuk pasar ekspor bukannya tidak mau. Kalaupun ekspor, kita maunya yang bahan jadi, bukan bahan bakunya. Dengan begitu akan ada value added, ada nilai tambah. Petani berdaulat, kami juga sejahtera,” kata Iwan.
Untuk kota Pontianak, Iwan dengan Kedai Kopi Kojal dan Gerai Kopi Kayong Utara yang berada di Jalan Daraitam Kota Pontianak ini, ingin agar para pecinta kopi bisa menikmati langsung Liberika Kayong di sini, dengan teknologi seduh dari barista atau penyaji kopi terlatih.
Di sinilah kopi terbaiknya Liberika Kayong bisa dinikmati. Secangkir kopi di kedai ini, dimulai dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 24 ribu. Sementara kopi bubuknya dijual dalam berbagai kemasan. Untuk kemasan 500 gram dihargai Rp 55 ribu sedangkan kemasan ukuran 1 kg harganya Rp 105 ribu.
Saat ini pesanan untuk warung-warung kopi atau coffe shop sudah banyak mengalir, di antaranya adalah coffee shop Satu Hati yang sudah dua tahun ini menjadi pelanggan tetapnya.
Iwan sendiri mengaku tidak memasang target jualannya. Dia hanya ingin Kopi Liberika Kayong menjadi brand image. Konsumen yang datang bisa membeli untuk dibawa pulang dan dinikmati di rumah. “Di kedai ini hanya sebagai tempat pertemuan saja, closing nya adalah target penjualan kopi bubuk atau varian lainnya, baik untuk kepentingan pribadi atau coffee shop,” ucap Iwan.
Untuk kedai barunya ini, dia bilang, biarkan mengalir saja tanpa target-target jualan yang banyak. Karena sasaran utamanya adalah di kebun bahan bakunya, yang harus menghasilkan produk terbaik sebanyak-banyaknya, dan menghasilkan kopi olahan sebanyak-banyaknya juga, sehingga bisa trending di pasar global terbuka.
“Jadi gerai kopi Kojal ini hanya sebagai rumah singgah, agar orang lebih banyak tahu tentang cerita Kopi Liberika Kayong dan menikmatinya,” kata Iwan Kojal.**
Pewarta/Editor: Yuli.S
Discussion about this post