Meski begitu, senyawa kimia ini dapat ditemukan sebagai cemaran pada gliserin atau propilen glikol yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan pada produk obat sirup anak. “EG dan DEG dapat ditemukan sebagai cemaran pada atau propilen glikol yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan,” jelas BPOM.
BPOM telah menetapkan batas maksimal EG dan DEG pada kedua tambahan tersebut, sesuai standar internasional. BPOM juga menetapkan persyaratan, bahwa semua produk sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan etilen glikol maupun dietilen glikol.
Sejauh ini, BPOM menyatakan, sudah melakukan sampling, dan pengujian sampel terhadap produk obat yang berpotensi mengandung cemaran etilen glikol maupun dietilen glikol tersebut. Namun, hasil pengujian produk yang mengandung cemaran itu, masih memerlukan pengkajian lebih lanjut untuk memastikan pemenuhan ambang batas aman berdasarkan referensi.
Untuk produk yang melebihi ambang batas aman, BPOM menegaskan akan memberikan sanksi. Yakni sanksi administratif berupa peringatan, peringatan keras, penghentian sementara kegiatan pembuatan obat, pembekuan sertifikat cara pembuatan obat yang baik (CPOB), pencabutan sertifikat CPOB, dan penghentian sementara kegiatan iklan, serta pembekuan izin edar dan/atau pencabutan izin edar.
Selain dugaan kandungan etilen glikol pada parasetamol sirup sebagai penyebab ginjal akut misterius pada anak, ada dugaan lainnya yang ditemukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kemenkes. Beberapa dugaan yang muncul adalah dipicu oleh infeksi virus yang ditemukan dalam tubuh pasien, maupun mengarah pada multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem setelah Covid-19.
Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah penderita gangguan ginjal akut misterius mencapai 206 kasus, tersebar di 20 provinsi di Indonesia. Sebanyak 99 di antaranya meninggal dunia. Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen. **
Editor : Yuli.S
Discussion about this post