Hadir dalam pertemuan MCWE G20 2022 yang diadakan secara hybrid ini, sekira 150 delegasi dan ratusan peserta undangan online. Turut hadir juga Presiden Jokowi, Menteri PPPA RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri Koordinator PMK RI, Muhadjir Effendy, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, Minister of Equal Opportunities and Family of Italy, Elena Bonetti, Minister for Women, Commonwealth of Australia, Katy Gallagher, Minister of State Ministry of Social and Family Development, Singapore, Sun Xueling, President, National Institute for Women, Mexico, Nadine Flora Gasman Zylbermann, Senior Specialist, Gender, Equality and Non-Discrimination at Work, International Labour Organization, Joni Simpson.
Menurut Menteri PPPA Bintang Puspayoga, hanya melalui kerjasama global dan komitmen yang kuat, dapat mengatasi tantangan yang dihadapi perempuan, khususnya di masa pemulihan Covid-19 dengan terus mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di semua sektor pembangunan.
Menurut Bintang, pada 2022 UN Women merilis data, bahwa pandemi Covid-19 memperburuk disparitas gender dalam ketahanan ekonomi saat ini. Kondisi tersebut mempengaruhi 740 juta perempuan yang bekerja di sektor informal. Selain itu, perempuan yang bekerja pada sektor formal, maupun pengusaha berpenghasilan rendah lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Sementara itu, pada 2021 GSMA merilis data yang menunjukkan, kesenjangan pengguna internet global sebesar 17 persen. Angka tersebut, memperlihatkan adanya kesenjangan gender digital di semua wilayah di dunia. Lebih jauh mencerminkan ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap golongan tertentu, termasuk perempuan sendiri.
Penyelenggaraan MCWE G20 2022 ini, telah memenuhi empat poin besar yang telah disepakati sebelumnya. Pertama, berhasil mengidentifikasi lanskap global, tren masa depan, dan lintasan negara-negara anggota G20 pada isu-isu pemberdayaan perempuan, khususnya yang terkait dengan tiga isu prioritas ekonomi perawatan, kesenjangan gender digital, dan perempuan di UKM.
Ke dua, berhasil menggelar diskusi dengan pemangku kepentingan G20 yang relevan termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, akademisi, pakar pembangunan, dan lainnya, tentang bagaimana meningkatkan isu pemberdayaan perempuan, dengan fokus pada tiga isu, termasuk mengidentifikasi peluang, tantangan dan kerjasama masa depan.
Ke tiga, berhasil berbagi praktik baik dan pembelajaran antar negara anggota G20 dalam isu-isu pemberdayaan perempuan terkait dengan tiga topik diskusi, termasuk memberikan titik aksi untuk pengembangan pendekatan adaptif untuk mendukung kebijakan pemberdayaan perempuan pasca Covid-19.
Ke empat, menghasilkan rekomendasi untuk pertemuan pemimpin G20 dari konferensi tingkat Menteri G20 tentang Pemberdayaan Perempuan, khususnya terkait penerapan pendekatan nyata terhadap kebijakan dan program yang berorientasi terhadap aksi pemberdayaan perempuan.
MCWE G20 Presidensi Indonesia yang telah berlangsung sejak 23 Agustus di Bali ini, menjadi acara bersama yang melibatkan unsur pemerintah dari negara anggota G20 dan organisasi non-pemerintah. Ini merupakan bagian dari komitmen Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk melanjutkan MCWE G20 selama Presidensi G20 Indonesia pada 2022.
Co-Chair G20 Empower, Rinawati Prihatiningsih menyatakan, di bawah Kepresidenan Indonesia, kembali seluruh delegasi sepakat aksi akselerasi pemberdayaan dan representasi akses ekonomi perempuan, tidak saja untuk tenaga kerja perempuan yang bekerja di perusahaan besar, namun juga untuk para perempuan, baik sebagai pemilik usaha juga termasuk tenaga kerja yang berkerja di sektor UKM sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami juga sangat bangga, dukungan terus mengalir dengan terus bertambahnya jumlah para advokat G20 Empower yang terdiri dari pimpinan bisnis, asosiasi, dan organisasi dalam mendukung dan mempromosikan tujuan G20 Empower baik di tingkat nasional maupun di negara yang tergabung di dalam dan di luar G20,” ucapnya.
Selain pertemuan tingkat menteri, kegiatan ini pun dilengkapi dengan pameran produk UMKM di mana peserta program Sisternet XL Axiata turut berpartisipasi di dalamnya. Pendalaman budaya dan kunjungan wisata juga diselenggarakan sebagai acara sampingan bagi para peserta.
Para peserta khususnya delegasi yang hadir, pun disuguhkan sesi khusus dengan tema Berbagai Pengalaman Indonesia. Karena isu pemberdayaan perempuan sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, maka di sesi ini mereka diajak memahami secara signifikan tentang bagaimana upaya kolaboratif antara pemerintah dan aliansi bisnis mereka dapat dilakukan secara efektif dan berdampak positif pada perempuan. Tentunya dengan menerapkan pengalaman atau kejadian nyata di Indonesia. **
Editor : Yuli.S
Discussion about this post