Pengelolaan berbasis Lanskap atau bentang alam, adalah bagian dari strategi WWF Indonesia untuk menciptakan efektivitas pengelolaan di suatu wilayah. Sebutan Lanskap Kubu, juga ditujukan sebagai upaya menciptakan ikon suatu wilayah, sehingga masyarakat luas mudah mengenalinya.
Hutan mangrove yang masih banyak di perairan Kubu Raya memperlihatkan, bahwa rantai makanan tidak mengkhawatirkan, sehingga satwa ini masih betah di sini. Kondisi ekosistem yang dinilai masih bagus juga menunjukkan, bahwa ancaman yang paling mengkhawatirkan justru datang dari manusia.
Sosialisasi dan penyadaran masyarakat mengenai keberadaan mamalia laut memang perlu dilakukan sebagai rencana aksi bersama, mengingat hewan-hewan ini masuk ke kategori hewan yang dilindungi berdasarkan UU No 5 tahun 1990 dan PP No 7 tahun 1999. Karenanya Lanskap Kubu perlu dilindungi dan dirawat baik, melalui pendekatan kearifan lokal.
Tak hanya hewan laut, keberadaan mangrove di Lanskap Kubu pun menjadi persinggahan burung-burung dari Asia Utara, Siberia, Australia dan New Zealand sebelum lanjut ke selatan, sementara yang dari selatan seperti Australia dan New Zeland juga mampir sebelum ke utara.
Dari catatan WWF, ada sekira 112 jenis burung yang teridentifikasi pernah mampir di Lanskap Kubu ini.
WWF berharap, perluasan lahan pertanian di sini harus mengedepankan prinsip pemanfaatan lahan ramah lingkungan, dengan tidak membakar lahan dan tidak menggunakan pestisida yang berdampak pada pemusnahan jenis hewan tertentu.**
Artikel ini telah terbit di Tabloid Matra Bisnis.
Penulis : Jilli Andini
Editor : Yuli.S
Discussion about this post