Budi yang juga pedagang sayur mayur di Pasar Kemuning selama 30 tahun ini bilang, bahwa pedagang sudah siap bertransaksi secara digital, meskipun ada pedagang-pedagang tua yang masih gaptek (gagap teknologi) namun mereka didukung oleh anak-anak mereka yang lebih paham digital, jadi sebenarnya bagi pedagang tidak menjadi masalah.
“Yang menjadi masalah justru masyarakat konsumen itu sendiri. Mereka masih suka membayar secara cash ketimbang digital. Nah, pemerintah harusnya juga melakukan edukasi kepada masyarakat, bukan hanya pedagangnya saja. Karena masyarakat yang berbelanja di pasar tradisional selalu saja tunai, mereka enggan membayar secara digital,” tutur Budi.
Sebagai pengelola 160 pedagang di Pasar Kemuning, Budi berharap Bank Indonesia sering melakukan pelatihan dan edukasi hingga pedagang paham cara menggunakan transaksi digital. Karena kebiasaan pedagang selama ini, adalah menghitung hasil jualannya setiap hari untuk kemudian dijadikan modal belanja keesokannya.
“Nah, ketika masuk digital, mereka bingung. Habis dagangan, uangnya nggak ada untuk modal dagang besoknya. Ini yang sering mereka tanyakan ke saya. Jadi saya berharap, Bank Indonesia atau pihak yang berkompeten tak bosan memberi pemahaman kepada mereka,” imbuh Budi. **
Penulis Yuli. S
Discussion about this post