Gubernur BI menilai, pemulihan sektor pariwisata juga bergantung pada kebijakan suatu negara terhadap mobilitas wisatawan yang dikaitkan dengan isu kesehatan.
Menjawab tantangan tersebut, sekaligus mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif, BI menyatakan, bahwa ada prioritas penanganan scarring effects, antara lain relokasi tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan mendukung keahlian baru, relokasi modal dan dukungan investasi, serta peningkatan inklusi dan literasi digital melalui pemanfaatan teknologi, serta penanganan dan pencegahan pandemi yang menjadi hal krusial.
Perry mengimbau, agar korporasi perlu menyusun ulang strategi bisnis, struktur keuangan, manajemen dan ketahanan melalui digitalisasi untuk terus melangkah. Perbankan juga perlu menilik kembali penyaluran kredit ke sektor prioritas dan kredit modal kerja bagi ekspansi bisnis.
Seminar yang terbagi atas tiga bagian ini, menekankan pentingnya menangani disrupsi perekenomian akibat pandemi dengan scarring effect sebagai dampak jangka menengah panjang yang mendera berbagai negara dalam aspek tenaga kerja, SDM, dan produktivitas serta bagaimana membangkitkan kembali sektor pariwisata.
Diskusi dibuka oleh Direktur Eksekutif Reinventing Breton Wood Committee (RBWC), Marc Uzan, dan turut menghadirkan antara lain Chief Macro Policy & Financing for Development UN ESCAP, Sweta C. Saxena dan Direktur Departemen Kebijakan Tenaga Kerja ILO PBB, Sangheon Lee, Chief Economist, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), Eric Berglof, Director for the Directorate of Education and Skills OECD, Andreas Schleicher, delegasi IMF, Serhan Cevik dan Gonzalo Salinas, serta delegasi Brookings Institution, Gian Maria. **
Editor Yuli.S
Discussion about this post