ADALAH Anton Kamaruddin, Kepala Balai Benih Induk Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kalimantan Barat yang punya ide untuk mengembangkan tanaman buah anggur di daerah ini. Sebelumnya Anton malah sudah sukses mengembangkan teknologi pertanian Hazton. Kini dia kembali mengulang sukses dengan pengembangan anggur.
Didukung oleh Bank Indonesia perwakilan Kalbar, Anton memulai menanam anggur di lahan Pondok Pesantren Darul Fikri miliknya Ustad Nur Kolik. Lahan seluas satu hektar dari dua hektar yang telah dikelola Nur Kolik, hanya dipetak seukuran 12 kali 12 meter persegi saja, dibuat sedemikian rupa, bertiang-tiang untuk merambatnya tanaman.
Itu dimulainya awal tahun 2021. Area lahan yang semula berlumpur, yang bahkan ketika banjir bisa mencapai ukuran satu pinggang orang dewasa, dikerjakan Anton dengan penuh optimisme. Ada 30 batang bibit anggur yang ditanamnya. Varian jenisnya beragam, dari Rusia, Ukraina, Amerika Serikat dan Jepang.
“Saya ingin melakukan uji coba dengan banyak jenis anggur ini, dan lihat yang mana yang cocok untuk dibudidayakan di Kalbar. Bisa berbuah, tahan penyakit, produktif dan manis rasanya,” ucap Anton.
Kalau di negara-negara asalnya, buah anggur hanya berbuah satu kali dalam setahun. Di Kalimantan Barat, Anton melakukan eksperimen buah anggur bisa dipanen tiga kali dalam satu tahun, meski ditantang oleh kondisi alam yang dilimpahi sinar matahari alias daerah tropis, sementara anggur lebih menyukai daerah sejuk dengan alam perbukitan.
Berbagai cara dilakukan Anton, dari menyulap lahan banjir agar bisa ditanami menjadi tanah PMK, yaitu tanah Podsolik Merah Kuning, yakni tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi, dan suhu yang sangat rendah. Tanah ini kemudian diuruk campur pasir dan sekam, lantas diberi pupuk kandang.
Hasilnya? Sungguh tak mengecewakan. Dalam tiga bulan saja, tanaman anggur itu sudah mulai berbuah. Namun belum maksimal. Hasil buahnya pun masih kecil-kecil dan belum berasa maksimal untuk rasa. Panen pertama ini disebut Anton, sebagai buah selamat datang.
Tiga bulan berikutnya, panen yang ke dua buahnya mulai banyak dan mulai mengundang penasaran orang untuk datang, melihat-lihat, berpoto selfie dan membeli. Bahkan ada yang booking hingga 20 kilo.
Nah, panen yang ke tiga pada 26 Februari lalu, hasilnya lumayan melimpah, kualitas rasanya juga sudah sempurna, meski buahnya masih belum sempurna seratus persen, masih ada yang berukuran kecil tapi rasanya tetap manis.
“Untuk menjadi sempurna, memang butuh waktu 8 bulan hingga satu tahun. Tapi panen yang ke tiga ini cukup melimpah, rasanya juga sudah sempurna sesuai jenisnya. Hanya untuk ukuran, masih ada yang kecil,” tutur Anton.
Discussion about this post