Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Barat. Rochma Hidayati mengungkapkan, Indeks Literasi Keuangan untuk generasi muda, terutama pada kelompok usia 17 tahun tercatat baru sebesar 51.68 persen, masih di bawah rerata angka nasional.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 OJK bersama BPS, Indeks Literasi Keuangan Nasional untuk data Cakupan Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) berada di angka 66,64 persen, sementara Indeks Inklusi Keuangan Nasional 92,74 persen.
“Artinya, meskipun akses terhadap layanan keuangan meningkat, namun pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda, masih tertinggal jauh,” kata Rochma Hidayati pada acara Kick off KEJAR Masif dan Cerdas Berinvestasi Pasar Modal Provinsi Kalimantan Barat, yang digeber di aula Garuda Gedung DPMPTSP Pemprov Kalbar, Selasa 5 Agustus 2025.
Rochma mengungkapkan, Indeks Literasi Keuangan untuk kelompok usia hingga 17 tahun, yang 20 tahun lagi akan menduduki kelompok masyarakat usia produktif, tercatat baru sebesar 51,86 persen, masih di bawah rerata nasional.
“Lebih memprihatinkan lagi, rata-rata anak muda Indonesia usia 15 – 24 tahun masih rentan terhadap perilaku konsumtif, investasi bodong, hingga pinjaman daring (Pindar) ilegal,” ujarnya.

Berdasarkan Survei OCBC NISP Financial Fitness Index menempatkan skor kesehatan finansial generasi muda Indonesia hanya di angka 40,06, tertinggal jauh di bawah Singapura yang mencapai 62.
Berdasarkan data OJK juga menunjukkan, dari total outstanding pinjaman perseorangan pada perusahaan Fintech P2P Lending mencapai Rp 66,17 triliun per Agustus 2024, sebanyak Rp 33,05 triliun atau 51 persen persen dilakukan oleh kelompok umur 19-34 tahun. Laporan Satgas PASTI juga menyebut, bahwa 62 persen korban pinjaman online ilegal adalah anak muda.
Menurut Rochma, untuk membentuk generasi muda Indonesia menjadi Generasi Emas 2045, maka peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi kelompok ini perlu dipersiapkan sedini mungkin.
“Mengapa? Generasi muda saat ini adalah 70 persen tenaga kerja masa depan,” tegasnya.
Menurut data BPS tahun 2024, penduduk usia produktif (15–64 tahun) mencapai 69,5 persen dari total populasi penduduk di Indonesia. Jika mereka well literate secara finansial, maka ekonomi Indonesia bisa mengalami bonus demografi yang nyata, bukan sekadar potensi. Dengan memiliki literasi keuangan yang cukup, juga akan menjadi benteng perlindungan mereka dari berbagai macam risiko keuangan.
Discussion about this post