Sebagai bagian dari rangkaian Pre-Event Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (FESyar KTI) 2025, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat menyelenggarakan kegiatan Majelis Huffadz dan Literasi Ekonomi Syariah yang dilaksanakan pada Sabtu, 21 Juni 2025 di Aula Masjid Ismuhu Yahya, Desa Parit Baru, Kubu Raya.
Masjid ini dipilih karena dinilai memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah di Kalimantan Barat, khususnya melalui peran strategis para ustadz dan guru mengaji binaannya.
Acara dibuka secara resmi oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Reinaldy Akbar Ariesha, yang dalam sambutannya menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Bank Indonesia dalam mendorong penguatan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan, melalui pengembangan ekonomi dan keuangan syariah (eksyar).
Dalam kerangka besar tersebut, Bank Indonesia menjalankan strategi pengembangan eksyar melalui tiga pilar utama, yaitu: Penguatan ekosistem halal, Penguatan keuangan syariah, serta Penguatan literasi ekonomi syariah.
Pilar terakhir inilah yang menjadi fokus utama dalam kegiatan ini, yaitu penguatan literasi ekonomi syariah, dengan tujuan memperluas pemahaman masyarakat terhadap prinsip dan praktik ekonomi syariah dalam kehidupan sehari-hari.
“Pentingnya upaya penguatan literasi ini sejalan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2025 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat bahwa tingkat literasi keuangan syariah nasional mencapai 43,42 persen, sementara tingkat inklusi keuangan syariah baru berada pada angka 13,41 persen,” kata Reinaldy.
Kesenjangan antara tingkat pemahaman dan pemanfaatan ini menunjukkan bahwa meskipun kesadaran terhadap konsep keuangan syariah meningkat, penggunaannya dalam aktivitas ekonomi masyarakat masih terbatas.
“Oleh karena itu, dibutuhkan edukasi yang lebih terstruktur dan berkelanjutan, termasuk melalui peran para ustadz dan guru ngaji sebagai agen literasi ekonomi syariah di komunitasnya masing-masing,” ujarnya.
Sebagai arah penguatan jangka menengah, Indonesia telah menetapkan Grand Design Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah yang disusun oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang merupakan kolaborasi lintas lembaga seperti Kementerian Agama, Bank Indonesia, OJK, pelaku usaha syariah, dan Masyarakat Ekonomi Syariah.
Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa target literasi keuangan syariah nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 50 persen, dengan harapan mampu mendorong akselerasi inklusi dan pertumbuhan ekosistem halal yang lebih kuat di seluruh lapisan masyarakat.
Discussion about this post