“Tanpa pemahaman, anak muda rentan menjadi korban kejahatan keuangan digital dan aktivitas keuangan ilegal,” imbuh Rochma.
Berdasarkan data OJK dan Satgas PASTI, dari 2017 hingga Mei 2025, tercatat nominal kerugian masyarakat yang sebagian besar adalah kelompok usia produktif, yang menjadi korban entitas keuangan ilegal mencapai Rp 141 triliun lebih.
Rochma menyampaikan, guna mewujudkan Generasi Emas 2045 dan di tengah meningkatnya tantangan keuangan generasi muda—dari perilaku konsumtif hingga jeratan pinjaman daring—pendidikan finansial sejak dini menjadi langkah strategis dan krusial.
“Bukan sekadar teori ekonomi di kelas, tetapi edukasi yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari dan mampu membentuk pola pikir jangka panjang,” katanya.
Salah satu pendekatan efektif adalah kampanye budaya menabung yang ditanamkan sejak usia sekolah dasar. Gerakan ini tidak hanya mengajak anak menabung secara rutin, tetapi juga mengenalkan konsep nilai uang, prioritas kebutuhan, dan tujuan finansial. Dengan cara ini, anak-anak belajar menunda kesenangan demi masa depan.
“Inisiatif seperti Program Bank Mini di sekolah menjadi langkah strategis untuk mengampanyekan budaya menabung tersebut, sekaligus menjadi laboratorium nyata literasi keuangan,” ujar Rochma.
Pada program Bank Mini, Siswa dilatih mencatat proses pembukan dan setor Tarik tabungan, memahami bunga tabungan dan layanan basic perbankan, dan bahkan membuat laporan keuangan.
Di sini, nilai-nilai disiplin, transparansi, dan tanggung jawab keuangan tumbuh secara organik. Program ini juga membuka jalan bagi siswa untuk mengenal dunia perbankan dan lembaga keuangan formal secara langsung.
Lebih jauh lagi, pendidikan finansial harus mengarah pada pembentukan investor muda yang cerdas dan beretika. Dengan pemahaman tentang instrumen investasi dasar—dari reksa dana hingga saham—generasi muda bisa memanfaatkan teknologi finansial secara bijak dan menghindari skema bodong. Mereka tidak hanya diajarkan cara mengelola uang, tapi juga bagaimana menumbuhkannya dengan risiko terukur.
Salah satu upaya pembentukan Investor Muda Cerdas Beretika, yakni melalui pembentukan Galeri Investasi Edukasi (GIE), yang merupakan salah satu program strategis digagas oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda dan pelajar.
Berbeda dari Galeri Investasi di perguruan tinggi, Galeri Investasi Edukasi (GIE) fokus pada pendekatan inklusif sejak usia dini. Program ini memberikan pelatihan dasar pasar modal, simulasi investasi, dan akses informasi terkini yang dikemas secara menarik dan interaktif.**
Discussion about this post