“Paling hanya berkedip. Nah, kalau sesekali di rumah terjadi lampu berkedip, itulah tandanya kabel kita terkena layangan yang menggunakan tali kawat atau gelasan. Kalau hanya berkedip, kita bersyukur  statusnya recloser tidak langsung padam. Karena kita memiliki perangkat listrik yang dapat memutus dan menutup daya listrik secara otomatis untuk mengatasi gangguan seperti korsleting,” jelas Miftakul Anam, Asistant Manager Pemeliharaan/PDKB UPT Pontianak.
Karena bekerja dalam arus tegangan listrik tinggi, tentu safety atau masalah keamanan sudah terjaga dengan baik. Mereka menggunakan peralatan khusus, di antaranya conductive suite, spiral universal stick, conductor cover, by pass jumper, strain link stick serta peralatan K3 lainnya.
Sebelum melakukan pemanjatan, mereka terlebih dahulu memukul-mukul tiang tower. Ini untuk melihat apakah ada sarang tawonnya di sela tiang tower tersebut.
Pasukan PDKB memang harus mengedepankan konsep zero accident. Patuh pada SOP, keutamaan teamwork dan profesionalisme kerja. Keberadaan Tim PDKB ini merupakan wujud nyata komitmen PLN dalam upaya memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggan.
Sejatinya, berat dan cukup menyeramkan pekerjaan yang mereka lakukan. Taruhannya nyawa, kalau bukan ahlinya jangan coba-coba. Mereka masing-masing memiliki keluarga, istri dan anak-anak yang menunggu mereka pulang dengan selamat.
Pelanggan listrik di rumah, tentu tak paham dan tak tahu apa yang mereka lakukan demi menjaga penerangan serta kenyamanan menikmati power listrik untuk segala keperluan. Dan ketika terjadi pemadaman, meski sekejap, sumpah serapah langsung diarahkan ke PLN.
Masih ada masyarakat yang tidak percaya bahwa biang kerok ledakan gardu listrik disusul pemadaman berasal dari permainan layangan, karena biasanya layangannya tidak terlihat, tiba-tiba muncul ledakan.
Miftakul Anam bersama krunya sangat berharap pengertian masyarakat untuk menjaga suplai listrik tetap aman, hindarilah bermain layangan di area yang dekat dengan pembangkit listrik, perhatikan juga arah angin yang kerap malah membawa tali layangan itu nyangkut di jaringan listrik.
Selain memiliki pasukan khusus, PLN juga punya Tim Sosialisasi dan Razia Pontianak. Timnya ada 8 orang, mereka terdiri dari para komunitas pensiunan PLN yang tetap mengabdikan diri menjaga keamanan pasokan listrik. Tugasnya, selain merazia para pemain layangan, juga melakukan pembinaan dan sosialisasi.
“Masyarakat perlu diberi pemahaman untuk menjaga listrik dari berbagai gangguan yang berdampak pada pemadaman. Terutama permainan layangan. Ini kan hobi yang disukai berbagai kalangan, dari anak-anak sampai orang dewasa, bahkan sampai kakek-kakek,” kata Sujiono tim Sosialisasi dan Razia Pontianak.
Tim yang satu ini bekerja tak kenal waktu. Hari-hari libur pun mereka bekerja guna mengamankan transmisi. Memburu para pemain layangan, terutama yang menggunakan tali kawat. Area bermain layangan ini paling sering di Siantan, Sungai Raya, hingga Batu Layang, juga di Kotabaru.

Banyak cerita seru yang dialami para petugas tersebut, terlebih ketika menghadapi pemain layangan yang rada bengal atau ngeyel dan marah lantaran hobinya dibatasi. Namun petugas razia dengan sabar memberi pengertian dan mengarahkan permainan mereka agar tidak menyentuh jaringan kabel listrik.
“Tapi yang tidak bisa ditolerir adalah, ketika mereka menggunakan kabel penyaok, itu sangat berbahaya, tali layangannya dari kawat atau gelasan. Itu langsung kita ambil,” kata Sujiono.
Pola kerja tim razia adalah melihat spot-spot layangan untuk dipetakan. Kemudian didekati, apakah membahayakan. Kalau mereka hanya menggunakan tali benang, kita arahkan supaya aman dengan membaca arah angin.
Tim Razia ini memang tak pernah bosan melakukan pembinaan dan sosialisasi masalah bahaya bermain layangan terhadap pasokan listrik. Bahkan sosialisasi juga dilakukan di sekolah-sekolah, dibantu oleh militer dan Polda.
Sujiono meminta pengertian serta bantuan dari masyarakat, agar bisa mengedukasi anak-anaknya yang hobi bermain layangan untuk mencari lokasi yang lapang dan jauh dari jaringan listrik.
“Jangan menggunakangan tali layangan dari senar yang berbahan konduktor seperti kabel, tembaga, besi atau aluminium,” imbuhnya.
Mungkin sudah saatnya hobi bermain layangan dipikirkan kembali, daripada membawa petaka, mencelakai orang lain dan mengganggu pasokan listrik. Sudah banyak kasus, dari sekadar pertikaian kecil hingga kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa hingga masuk ke ranah hukum, hanya gegara layangan.
Dalam hiruk pikuk keramaian kota, rasanya tidak mungkin mengabaikan keselamatan orang hanya demi hobi semata. **
Pewarta/Editor : Sri Yuliantiningsih
Discussion about this post