“Ada satu rumah yang anaknya juga stunting, ternyata rumah tersebut dihuni oleh 4 keluarga. Masing-masing keluarga sudah memiliki anak bahkan ada satu keluarga memiliki delapan anak, dan ditambah dengan orang tua. Jadi satu rumah tersebut ditinggali oleh sekitar 21 orang. Bagaimanapun ini tidak sehat, kami harap ini dapat menjadi perhatian pemerintah setempat,” jelas Arif.
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan PJ Gubernur Kalbar dr Harrison yang dilakukan di Kantor Gubernur Provinsi Kalbar, terungkap faktor-faktor penyebab sulitnya penurunan angka stunting di Kalimantan Barat.
“Stunting di Kalbar disebabkan oleh faktor lingkungan sebanyak 40 persen, sebanyak 30 persen disebabkan oleh perilaku masyarakat dan sisanya karena layanan kesehatan,” jelas dr Harrison.
Selain itu, persoalan lingkungan seperti sanitasi dan ketersediaan air bersih di beberapa kabupaten seperti Kapuas Hulu belum begitu baik, sehingga meningkatkan penyakit infeksi pada balita. Sementara faktor perilaku masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang masih abai terhadap kebutuhan gizi anak.
“Di sini ikan banyak dan mudah didapat. Tapi ikan-ikan ini lebih banyak dijual lalu dibelikan makanan instan. Lalu mengenai susu, seharusnya yang diberikan susu murni, bukan susu kental manis. Ini kan isinya gula. Ini juga kekhawatiran kita karena angka diabetes di Kalbar juga tinggi. Ke depannya bisa memicu serangan penyakit degenerative, bisa jantung, mata” jelas dr Harrison.
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara berkata, pihaknya akan menindaklanjuti temuan persoalan dari kunjungan keluarga tersebut, salah satunya melalui pendampingan keluarga.
“Saat ini kami juga sedang menggencarkan program Ibu Asuh stunting. Kelima keluarga tersebut selanjutnya akan didampingi oleh satu kader yang akan memonitor, mengedukasi dan memastikan keluarga tersebut menerapkan pemberian gizi yang cukup untuk anak dan keluarga dan PHBS. Keluarga juga akan mendapat sejumlah bantuan untuk pemenuhan gizi anak,” jelas Erna. **
Discussion about this post