Pelaksanaan program pelatihan dimulai dengan kegiatan Literasi Keuangan, berupa pengenalan OJK dan sektor jasa keuangan, program inklusi akses permodalan, pembiayaan, tabungan, dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta kampanye tentang waspada aktivitas keuangan ilegal seperti investasi bodong dan pinjol ilegal.
Untuk inklusi keuangan, seluruh peserta dibukakan tabungan oleh Bank Kalbar, dan untuk peserta yang berusia 17 tahun ke atas, seluruhnya telah didaftarkan pada program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian di BPJS Ketenagakerjaan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan rangkaian pelatihan. Melalui program Parapreneur Kalimantan Barat, para peserta diberikan pelatihan kewirausahaan bidang barista dan UMKM kuliner. Materi pelatihan kewirausahaan yang diberikan, mulai dari konsep dasar masing-masing bidang usaha, product knowledge, penyajian, pengemasan, manajemenis bisnis, hingga pada aspek hospitality layanan yang berkualitas.
Selain itu, terdapat pula kelas parapreneur untuk budidaya pertanian dengan komoditi jahe, di mana peserta diberikan pemahaman mendalam tentang varietas jahe, teknik penanaman, perawatan, pemupukan, hingga pada aspek pemasaran hasil panen.
Untuk program Parafluencer Kalimantan Barat, para peserta diberikan pelatihan Videography, Photography dan Copy Writter, sehingga peserta diharapkan memiliki konsep dasar tentang penciptaan konten – konten literasi, promosi, dokumentasi, dan beragam bentuk komunikasi lainnya.
Selanjutnya untuk program ini, kepada Penyandang Disabilitas yang nantinya dapat menghasilkan konten-konten literasi keuangan, akan didapuk sebagai Duta Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, yang akan menjadi mitra OJK dalam beragam program dan kegiatan literasi dan inklusi keuangan.
OJK juga turut melibatkan Satuperdua Kopi Tiam, yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah praktik langsung para penyandang disabilitas untuk berwirausaha, namun juga sebagai Learning Center Pemberdayaan Disabilitas.
“Masih perlu banyak lagi aksi-aksi yang konkret, aksi-aksi yang nyata bagi penyandang disabilitas. Untuk itu saya mengajak dan menghimbau kepada segenap komponen bangsa untuk bersama-sama melakukan keberpihakan yang dapat direalisasikan dengan menjalankan program-program disabilitas, tidak terbatas pada pemberian bantuan fisik, namun dapat berupa program -program pemberdayaan,” imbuh Maulana.
Pj Gubernur Kalbar, Harisson dalam sambutannya menyatakan, akan terus berupaya mendorong peningkatan pelayanan sebagai bagian dari pembangunan inklusif dan memberikan ruang gerak yang sama bagi penyandang disabilitas. Dan akan terus berupaya mendorong peningkatan pelayanan sebagai bagian dari pembangunan inklusif serta memberikan ruang gerak yang sama bagi penyandang disabilitas.
“Saya berharap semua komponen bangsa, masyarakat Kalbar dapat terus berinovasi, berkreasi dan harus kita bantu (dalam arti memfasilitasi), supaya kita dapat berkembang menuju negara yang maju dan masyarakat yang sejahtera,” ujarnya.
Sementara itu Ketua National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kalbar, Mustaat Saman berkata, para penyandang disabilitas harus memiliki skill, karena sebanyak 80 persen penyandang disabilitas ingin melakukan percobaan bunuh diri.
“Jadi kami ingin menjawab tantangan masa depan, bahwa kami harus memiliki keahlian serta inovasi. Kekurangan kita dari segi fisik, materi bukan menjadi persoalan tapi mau tidak mau kita harus bangkit,” kata Ketua NPCI Kalbar.
Dirinya mengungkapkan bahwa Cafe Satuperdua Kopi Tiam dan Learning Center Pemberdayaan memang didedikasikan untuk Penyandang Disabilitas.
“Di sini kita akan bina, kita asah skillnya untuk masa depan mereka, karena kita harus menjawab tantangan masa depan dan tidak kalah dengan orang-orang non disabilitas,” tegasnya. **
Discussion about this post