Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Barat, N.A. Anggini Sari memprakirakan, inflasi di Kalimantan Barat hingga akhir tahun 2023 akan tetap stabil, berada pada range 3 plus minus 1 persen. “Bank Indonesia akan terus mengawal kebijakan yang bersifat front-loaded, pre-emptive dan forward looking untuk menjangkar inflasi inti dan ekspektasi inflasi,” kata Anggini Sari pada acara Temu Responden KPw BI Kalimantan Barat 2023 di Pontianak, Senin 6 November 2023.
Pergerakan inflasi Kalimantan Barat di bulan Oktober 2023 tercatat sebesar 0.11 persen (mtm), 1.4 persen (ytd) dan 2,31 persen (yoy). Untuk menjaga target inflasi di bawah 3 plus minus 1 persen, BI bersama pemerintah kab/kota di Kalimantan Barat beserta stakeholders terkait, melakukan operasi pasar dan Gelar Pangan Murah (GPM) guna meningkatkan ketersediaan dan keterjangkuan beberapa komoditas pangan.
Dari sisi perkembangan harga, inflasi pada Oktober 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi lndeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2023 tercatat sebesar 0,17 persen (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 2,56 persen (yoy).
Menurut Anggini, inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (pusat dan daerah) dalam Tim Pengendalian lnflasi Pusat dan Daerah (TPIP danTPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian lnflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
“Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0 plus minus1 persen pada 2023 dan 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024,”kata Anggini.
Dia juga mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat diprakirakan akan tetap bergerak positif di kisang 3.5 persen – 4.5 persen, didorong oleh Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN), keberlanjutan investasi refinery alumina di Kabupaten Mempawah dan peningkatan impor barang modal melalui Pelabuhan Kijing.
Namun Anggini juga mengingatkan beberapa tantangan global dan domestik, yang perlu menjadi perhatian utama, antara lain risiko geo politik yang masih kuat, pertumbuhan ekonomi global cenderung lebih lambat dari perkiraan, risiko El-Nino, transisi politik nasional, dan lainnya.
Dalam analisisnya, BI Kalbar menyampaikan bahwa perekonomian global melambat dengan ketidakpastian yang semakin meningkat tinggi. Perekonomian Indonesia diprakirakan tetap tumbuh baik, dan berdaya tahan terhadap dampak rambatan global.
Pada kuartal Ill 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi swasta, termasuk konsumsi generasi muda, yang meningkat sejalan peningkatan konsumsi di sektor jasa dan keyakinan konsumen yang masih tinggi. Pertumbuhan investasi tetap baik, didorong berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).
Discussion about this post