Climate emergency atau darurat iklim yang disebut bakal terjadi pada tahun 2045, faktanya sudah dirasakan sekarang, suhu bumi terasa semakin panas. Ini mengancam bumi dan kehidupan mahluknya. Salah satunya adalah, kerusakan vegetasi pantai yang berdampak pada kehidupan penyu.
“Ini ancaman serius bagi kehidupan penyu,” tegas Drh Dwi Suprapti, M.Si, pegiat konservasi.
Tampil sabagai salah satu pembicara dalam seminar memperingati Hari Keanekaragaman Hayati pada Dies Natalis Universitas Tanjungpura ke – 64 di Gedung Konferensi Untan Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis 25 Mei 2023, Drh Dwi memaparkan kelangsungan hidup penyu, jika vegetasi pantai tidak terjaga.
Seminar bertajuk, Peran Keanekaragaman Hayati untuk Wilayah Pesisir Borneo dan Laut Indonesia Menuju Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 ini, mengupas berbagai permasalahan bumi dari penjagaan pantai hingga upaya melestarikan mangrove.
Menarik untuk diketahui, dampak kerusakan vegetasi pantai terhadap kenaikan suhu pantai dan seks rasio penyu. Ternyata, suhu memainkan peran utama dalam menentukan jenis kelamin penyu, di mana telur-telur mereka diinkubasi. Faktanya, suhu yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak betina.
“Apa yang terjadi, ketika terlalu banyak betina dan tidak cukup jantan atau bahkan tidak ada jantannya dalam populasi penyu. Penyu akan menjadi hewan paling kesepian, lantaran tidak memiliki pasangan. Ini meningkatkan risiko kepunahan,” ucap Drh Dwi.
Semua spesies penyu laut memiliki temperature-dependent sex determination (TSD). Artinya, tidak seperti manusia yang jenis kelaminnya ditentukan oleh genotipe. Suhu yang diterima selama inkubasi telur, akan menentukan apakah embrio penyu berkembang sebagai jantan atau betina.
Dalam penelitiannya di Pantai Sukamade di TNMB (Taman Nasional Meru Betiri), Banyuwangi, Jawa Timur tahun 2006 – 2008, Drh Dwi menemukan 100 persen tukik yang menetas adalah betina. Itu merupakan dampak tsunami di tahun 1994, yang merusak pantai dan tidak ada perbaikan.
Suhu dan karakteristik lingkungan mempengaruhi jenis kelamin, masa inkubasi dan daya tetas tukik. Suhu hangat menghasilkan dominan tukik betina, sementara suhu dingin menghasilkan dominan tukik jantan. Toleransi suhu untuk penyu adalah di angka 23 – 33 derajat celsius.
“Di atas 30 derajat celsius akan menghasilkan 100 persen betina, sementara di bawah 27 derajat celsius akan melahirkan 100 persen tukik jantan,” jelasnya.
Masa inkubasi penyu memang dipengaruhi oleh suhu, semakin panas maka akan menghasilkan banyak betina. Kalau suhu rendah atau dingin, dominan tukik yang dilahirkan akan dominan jantan. Suhu yang terbaik adalah 28 – 30 derajat, yang bisa menghasilkan tukik jantan dan betina, dengan perbandingan satu banding satu.
Untuk itulah perlunya melakukan restorasi hutan pantai. Menjaga vegetasi pantai degan beragam tumbuhan. Penyu paling suka bertelur di antara tumbuhan merambat, seperti katang-katang, tapak kuda, pandan laut, ketapang atau tumbuhan-tumbuhan herbal.
Peranan bagi tumbuhan ini, adalah mampu menurunkan suhu bagi karang-karang telur penyu, yang terpapar matahari langsung. Telur-telur penyu tidak dierami oleh induknya, mereka dibiarkan dierami oleh pasir-pasir pantai.
Nah, jika tidak ada tumbuhan yang melindunginya, dalam suhu yang panas, mereka akan mengalami dehidrasi, bahkan kulitnya akan keriput. Cilakanya, kalau suhu terlalu panas telur-telur penyu malah akan matang bahkan mati.
Dari hasil penelitian di Palm Beach County, Tenggara Florida tahun 2002, sebanyak 97 – 100 persen tukik yang menetas adalah betina. Tahun 2018, penelitian di Great Barier Reef, Utara Australia juga menemukan penyu hijau muda 99 persen bias jenis kelamin betina.
“Sekarang suhu semakin panas. Sangat memungkinkan penyu-penyu tidak bisa menetas. Kalau pun menetas, jumlahnya sedikit. Hanya sekira 20 – 30 persen, dan ternyata betina semua. Terus, siapa yang akan membuahi? Jelas dikhawatirkan bakal punah,” ucap Drh Dwi.
Fenomena ini berkolerasi dengan FOLU Net Sink 2030, tentang upaya menurunkan emisi gas kaca, di samping menjaga kelestarian alam, menjaga vegetasi pantai. Dia mengingatkan, agar kita lebih bertanggung jawab atas sampah-sampah yang kita buat, dan lebih peka dengan ekosistem laut.
“Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, akan berdampak besar bagi kehidupan penyu, salah satunya adalah dengan mengurangi atau tidak menggunakan barang atau benda yang tidak dapat didaur ulang,” imbuhnya.
Discussion about this post