Pertemuan Regional Asia dan Pasifik (APRM) ke-17 yang diselenggarakan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), ditutup peluncuran pernyataan Singapura, yakni kesepakatan pemerintah, serikat pekerja, dan pengusaha untuk meningkatkan upaya mencapai keadilan sosial dan pekerjaan yang layak bagi semua.
Pada upacara penutupan APRM, para delegasi mendukung Pernyataan Singapura yang disambut baik oleh Direktur Jenderal ILO, Gilbert F. Houngbo sebagai visi bersama tentang prioritas kawasan untuk aksi nasional di antara konstituen ILO dan dengan dukungan ILO di tahun-tahun mendatang.

Pernyataan tersebut menguraikan, bagaimana sejak APRM terakhir di Bali, Indonesia pada tahun 2016, pandemi Covid -19 telah menimbulkan ‘krisis sosial dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan’, menelan jutaan nyawa, menghancurkan bisnis dan pekerjaan.
Meskipun ada tanda-tanda pemulihan, namun tetap tidak merata dan krisis tambahan seperti bencana alam terkait iklim dan harga pangan dan energi yang melonjak tajam telah memperberat dampak pada pasar tenaga kerja.
Mengingat tantangan serta peluang yang muncul di seluruh Asia, Pasifik, dan Negara-negara Arab, pernyataan tersebut menyoroti serangkaian prioritas tindakan di tingkat nasional. Prioritas utama adalah kebutuhan untuk meratifikasi konvensi-konvensi fundamental ILO dan lebih memperkuat kapasitas perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan dialog sosial yang efektif.
Pernyataan tersebut, mendesak pemerintah dan mitra sosial untuk memastikan perlindungan tenaga kerja untuk semua melalui promosi kebebasan berserikat dan pengakuan yang efektif atas hak untuk berunding bersama.
Discussion about this post