Pada awal tahun 2022, jumlah jam kerja global telah pulih dengan kuat, terutama pada pekerjaan dengan keterampilan lebih tinggi dan di kalangan perempuan. Namun, pendorongnya adalah peningkatan pekerjaan informal, yang membahayakan tren formalisasi selama 15 tahun.
Situasi memburuk sepanjang tahun, dan pada kuartal ke tiga 2022 perkiraan ILO adalah, bahwa tingkat jam kerja berada pada 1,5 persen di bawah tingkat pra-pandemi, yang berarti defisit 40 juta pekerjaan penuh waktu.
Selain ongkos kemanusiaan yang mengerikan, perang di Ukraina memiliki dampak negatif yang dramatis pada ekonomi negara dan pasar tenaga kerja. ILO memperkirakan bahwa lapangan kerja pada 2022 akan berada pada 15,5 persen (2,4 juta pekerjaan) di bawah tingkat pra-konflik tahun 2021.
Proyeksi ini tidak serendah estimasi ILO pada April 2022, segera setelah konflik mulai, bahwa 4,8 juta pekerjaan akan hilang. Perubahan positif tersebut merupakan akibat dari menyusutnya jumlah wilayah Ukraina yang diduduki atau yang sedang dalam pertempuran aktif. Namun, pemulihan pasar tenaga kerja parsial ini masih kecil dan sangat rapuh, lansir Pemantauan ILO.
Jumlah besar pengungsi internal dan pengungsi yang mencari pekerjaan di Ukraina dan di tempat lain, menambah tantangan dan kemungkinan akan menciptakan dorongan penurunan pada upah.
Laporan ini memperkirakan, 10,4 persen dari total tenaga kerja sebelum perang di negara tersebut sekarang menjadi pengungsi di negara lain. Sejumlah 1,6 juta dari kelompok ini sebagian besar adalah perempuan, dengan banyak yang sebelumnya bekerja di sektor pendidikan, kesehatan dan perawatan sosial. Sebuah survei baru-baru ini menemukan bahwa, sejauh ini, 28 persen pengungsi Ukraina yang disurvei telah menemukan pekerjaan berupah atau wiraswasta di negara penerima mereka.
Dampak konflik tersebut, dirasakan di pasar tenaga kerja negara-negara tetangga yang dapat menyebabkan destabilisasi politik dan pasar tenaga kerja di negara-negara tersebut.
Lebih jauh lagi, di Asia Tengah dan secara global, hal itu tercermin dalam harga-harga yang semakin meningkat dan fluktuatif serta meningkatnya kerawanan pangan dan kemiskinan.
Laporan tersebut menyerukan dialog sosial, yang akan digunakan untuk menciptakan kebijakan yang diperlukan untuk melawan penurunan pasar tenaga kerja. Ini seharusnya tidak hanya bereaksi terhadap inflasi tetapi fokus pada implikasi yang lebih luas untuk pekerjaan, perusahaan, dan kemiskinan.
ILO memperingatkan terhadap pengetatan kebijakan yang berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan yang tidak semustinya pada pekerjaan dan pendapatan di negara maju dan berkembang. **
Discussion about this post