Laporan terbaru ILO (International Labour Organization) menyebut, bahwa pasar tenaga kerja global semakin memburuk. Pengangguran dan ketimpangan tampaknya akan meningkat, karena krisis ekonomi dan politik yang berlipat dan bertumpang tindih mengancam pemulihan pasar tenaga kerja di seluruh dunia.
Menurut Pemantauan ILO tentang Dunia Kerja yang dirilis Selasa, 6 Desember 2022, prospek pasar tenaga kerja global telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir dan pada tren saat ini, lowongan pekerjaan akan menurun dan pertumbuhan lapangan kerja global akan semakin memburuk secara signifikan pada kuartal terakhir tahun 2022.
Meningkatnya inflasi menyebabkan upah riil terjerembab di banyak negara. Belum lagi, penurunan pendapatan yang signifikan selama krisis Covid -19, yang di banyak negara paling berdampak pada kelompok berpenghasilan rendah.
Pemantauan ILO tentang Dunia Kerja (edisi ke-10), menemukan bahwa kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk, mempengaruhi penciptaan lapangan kerja dan kualitas pekerjaan, juga memperlihatkan “sudah adanya data yang menunjukkan perlambatan tajam pasar tenaga kerja.
ILO menilai, ketimpangan pasar tenaga kerja kemungkinan akan meningkat, berkontribusi pada divergensi yang berkelanjutan antara perekonomian maju dan berkembang.
Menurut Pemantauan ini, serangkaian krisis yang tumpang tindih, yang diperparah oleh perang Ukraina dan dampak negatif lanjutannya, telah terjadi selama tahun 2022, yang sangat berdampak pada dunia kerja.
Efeknya terasa melalui inflasi makanan dan energi, penurunan upah riil, meningkatnya ketimpangan, menyusutnya pilihan kebijakan dan utang yang semakin tinggi di negara-negara berkembang. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan permintaan agregat juga akan mengurangi permintaan pekerja karena ketidakpastian dan ekspektasi yang memburuk mempengaruhi perekrutan.
“Mengatasi situasi ketenagakerjaan global yang sangat mengkhawatirkan ini, dan mencegah penurunan pasar tenaga kerja global yang signifikan, akan membutuhkan kebijakan yang komprehensif, terintegrasi dan seimbang baik secara nasional maupun global,” kata Direktur Jenderal ILO, Gilbert F. Houngbo.
“Kita membutuhkan implementasi perangkat kebijakan yang luas, termasuk intervensi dalam harga barang publik, penyaluran kembali keuntungan rejeki nomplok, memperkuat jaminan pendapatan melalui perlindungan sosial; meningkatkan dukungan pendapatan; dan langkah-langkah yang ditargetkan untuk membantu orang dan perusahaan yang paling rentan,” ujarnya.
Houngbo berkata, kami membutuhkan komitmen kuat untuk inisiatif seperti Akselerator Global PBB tentang Pekerjaan dan Perlindungan Sosial, yang akan membantu negara-negara menciptakan 400 juta pekerjaan dan memperluas perlindungan sosial kepada empat miliar orang yang saat ini tidak terlindungi. Dan dengan cepat mengakhiri konflik di Ukraina, seperti yang dituntut dalam resolusi Badan Pimpinan ILO, akan lebih lanjut berkontribusi untuk memperbaiki situasi ketenagakerjaan global.
Discussion about this post