Di kebun jambunya itu Michael juga menjual tanah olahan atau pupuk serta ratusan bibit jambu. Harga bibit jambu madu dipatok Rp 50 ribu per pohon dengan ketinggian kurang dari 60 cm, sedangkan bibit semi induk Rp 100.000 per pohon. Sementara pohon yang sudah berbuah dan berukuran tanggung biasa dijual mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per pohon. Ada juga tanah bakar olahan Michael yang dicampur obat khusus dari Thailand untuk menyuburkan tanah.
“Tanahnya boleh sama, tapi olahan atau campuran pupuknya beda, itulah yang bikin produksi tanaman menjadi berkualitas,” ucap Michael.
Hasil panen jambu madu Michael masih dijual terbatas, lantaran produksinya belum mencukupi untuk pemenuhan pasar. Pasokannya hanya di gerai-gerai tertentu saja dan konsumen rumahan yang datang sendiri ke kebunnya dan langsung petik, hitung, bayar. Bahkan ketika buah masih mengkal pun sudah diindens pelanggan dan baru bisa dipenuhi ketika panen. Padahal permintaan banyak.
“Selama ini permintaan tak pernah kosong, selalu saja ada yang datang untuk membeli, makanya kita tak banyak memasok ke pasar, produksinya belum cukup,” kata Michael.
Dalam memasarkan produknya, Michael hanya mengandalkan jejaring sosial, dia punya akun @GreenHoney1. Dari sini saja pemesannya sudah melimpah ditambah lagi promosi dari mulut ke mulut, cukup membuat pria ini kewalahan.
Permintaan bibit jambu air yang dihasilkankan tinggi, dan tidak terlepas dari kemampuannya dalam budi daya jambu madu tersebut. Kini tanaman jambu madu yang dibudidayakan Michael sudah 300 batang. Pembeli jambunya saat ini pun bukan hanya di Kalbar saja, namun sudah di luar Pulau Kalimantan.
“Lumayan sekarang penjualan bibit saya semakin ramai yang membeli. Sudah ke seluruh Indonesia, bahkan sampai Papua. Kami juga dapat pembeli dari Sarawak, Malaysia dan tinggal memastikannya lagi. Untuk jual buah, kami belum memenuhi permintaan pelanggan,” ujar Michael. **
Artikel ini telah terbit di Tabloid Matra Bisnis.
Discussion about this post