Pasti ada jalan! Begitu bunyi slogan Gojek, platform on-demand terkemuka di Asia, yang menyediakan akses ke berbagai layanan, termasuk transportasi. Slogan inilah yang kemudian terbukti ampuh membuka jalan, menata kehidupan dan mengatur perekonomian keluarga.
Adalah Odos Yunus, pria kelahiran Batang Tarang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat 36 tahun silam. Bapak seorang balita berusia delapan bulan ini, membuktikan slogan Gojek dengan fokus menjadi mitra driver, yang kesehariannya berkutat di jalanan, dari satu jalan ke jalan lain. Dari pagi hingga petang, bahkan dari tengah malam hingga subuh dini hari, hanya demi sebuah kehidupan. Kehidupan keluarganya, anak dan istri tercinta.
Odos tidak sesempurna orang lain. Dia memiliki cacat sejak lahir. Kaki sebelah kanannya lebih kecil, sehingga untuk berjalan Odos harus menggunakan tongkat penyangga. Tapi itu tidak menjadi halangan bagi Odos dalam bekerja. Dia pun tidak pernah minder atau kecil hati. Kegigihan, keuletan, kesabaran dan kemauan yang kuat dalam mencari nafkah dibuktikan Odos. Dia tak pernah mau dikasihani dengan status disabilitas yang disandangnya. Dia hanya ingin kerja profesional, dihargai dan menghargai.
Odos Yunus adalah satu-satunya mitra driver Gojek disabilitas di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Dia memulai profesinya ini sejak tahun 2018. Sebelumnya, Odos bekerja sebagai staf di salah satu perusahaan kontraktor, usai menamatkan pendidikan di Universitas Tanjungpura Pontianak tahun 2011.
Odos memang bukan pengojek biasa. Dia berpendidikan tinggi. Gelar sarjana hukum diselesaikannya dalam waktu singkat, 3,5 tahun, dengan predikat cumlaude. Dia sukses meraih gelar tercepat dari 13 ribu mahasiswa lainnya.
Mengantongi ijazah sarjananya itu, Odos kemudian bekerja di perusahaan kontraktor. Lumayan lama, 14 tahun. Namun tidak membuatnya betah. “Saya hanya bekerja sebagai staf biasa. Hanya seorang bawahan, dan sangat membosankan sekaligus melelahkan,” tutur Odos.
Akhirnya dia memutuskan resign dan memilih Gojek sebagai sandaran perekonomiannya, meski harus bekerja di jalanan. Tunggangannya motor matik keluaran 2018, masih mulus. Tanpa canggung, Odos mengendarai motornya, tongkat penyangga tubuhnya terselip di bahu. Dia melaju membawa penumpang hingga pesan antar makanan. Penumpangnya pun tidak pernah mempermasalahkan kondisi tubuhnya, lantaran Odos melayani sepenuh hati serta kejujuran.
“Walaupun kondisi fisik saya seperti ini, tapi saya tidak pernah merasa ada kekurangan. Saya juga bisa sama bekerja layaknya orang normal,” ucap Odos.
Jam kerja Odos di jalanan juga tidak stabil. Kadang dia turun pagi hingga siang, kadang juga malam hari hingga dini hari. Tergantung orderan yang diterima. Berapapun hasil yang didapat, tetap disyukuri. Bagi Odos, terpenting kebutuhan rumahtangga bisa tercukupi.
“Banyak atau sedikit penghasilan setiap hari, tetap harus disyukuri. Karena nilai itu sifatnya realtif, yang terpenting kita bisa mengatur untuk kebutuhan keluarga,” kata Odos.
Penghasilan mitra Gojek memang tidak menentu. Bersyukur bisa mengantongi Rp 100 ribu dalam sehari, terkadang malah tidak membawa hasil apapun, alias kosong. Kalau sudah begini, pasti tekor. Lantaran harus menutupi biaya BBM yang sekarang semakin mahal.
Agar bisa tetap dapat penumpang, pengojek harus punya strategi. Selain mengatur jam kerja, juga jeli mencari tempat mangkal yang ramai, meskipun terkadang juga tidak menjamin mendapat banyak orderan. Karena orderan tergantung sistem di aplikasi, yang Odos pun tak terlalu paham cara kerjanya.
“Awalnya, saya selalu mendapat orderan 22 hingga 24 rate, namun mendadak merosot hanya dua sampai lima order saja. Hasilnya tidak bisa dibawa pulang, karena habis untuk pengisian BBM,” cerita Odos.
Discussion about this post