Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) tahun 2025 akan digelar di Pontianak, Kalimantan Barat pada 29 Agustus hingga 1 September 2025. Ini merupakan bagian dari rangkaian menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), Festival Ekonomi Syariah terbesar di Tanah Air.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Doni Septadijaya mengungkapkan, FESyar tahun ini menghadirkan kolaborasi lintas daerah dari 22 provinsi di kawasan timur Indonesia, dengan fokus pada pengembangan produk halal, pembiayaan syariah, UMKM hingga potensi wisata ramah muslim.
“FESyar merupakan momen besar yang diikuti 22 provinsi, di antaranya Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara dan Bali. Ini merupakan rangkaian kegiatan FESyar regional yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai road to ISEF dengan berfokus pada penguatan ekonomi dan keuangan syariah di wilayah timur Indonesia,” jelas Doni saat menggelar Training of Trainers (TOT) Literasi Ekonomi Keuangan Syariah kepada jurnalis di Hotel Mercure Pontianak, Selasa 19 Agustus 2025.
Dalam TOT bertajuk Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Kemandirian Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia ini, Doni mengungkapkan posisi Indonesia dalam peta ekonomi syariah global yang terus menguat.
Merujuk State of The Global Islamic Economy (SGIE) Report 2024/2025, Indonesia menempati posisi ke tiga dunia dengan skor Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 99,9.
“Indonesia menargetkan menjadi pusat ekonomi syariah dunia pada 2029 dengan penguatan rantai nilai halal, pembiayaan inklusif serta peningkatan literasi dan inklusi keuangan,” tegas Doni.
Dia menyampaikan, bahwa Kalimantan Barat memiliki peluang besar di sektor halal. Ini bisa dilihat dari beberapa sektor, di antaranya masih minimnya sertifikasi halal yang dimiliki oleh Rumah Potong Hewan (RPH) dan Rumah Potong Unggas (RPU). Dari 34 RPH dan RPU yang ada, baru 16 unit saja yang telah tersertifikasi halal.
“Baru 15 persen, rumah pemotongan hewan yang telah tersertifikasi halal dalam memenuhi kebutuhan konsumsi daging Kalbar sebesar 110.555,4 ton per tahun,” ujar Doni.
Sedangkan di sektor wisata, Kalbar baru memiliki 30 desa wisata namun belum ada yang bersertifikasi halal. Sementara permintaan wisata halal semakin meningkat selaras dengan kesadaran gaya hidup halal.
Discussion about this post