Ia juga menegaskan bahwa AI tidak boleh disalahgunakan seperti untuk memantau pekerja di luar jam kerja, mengumpulkan data yang mengancam martabat manusia, menyaring percakapan dan komunikasi (terutama dengan perwakilan pekerja) atau memfasilitasi pemecatan algoritmik, terutama yang didasarkan pada penilaian kinerja.
“Kita berada di sini hari ini, karena pekerjaan masa depan di Indonesia bergantung pada tindakan kolektif. Pemerintah, dunia usaha dan pekerja harus bersatu untuk memastikan teknologi melayani kemanusiaan,” kata Simrin Singh Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste.
“AI dapat mentransformasi sistem SDM, membuat perekrutan, evaluasi dan pengembangan secara lebih transparan dan inklusif. Jika digunakan secara bertanggung jawab, AI dapat mengurangi bias, mempromosikan kesetaraan dan menciptakan tempat kerja yang lebih adil dan berorientasi pada manusia,” lanjutnya.
Panelis yang dihadirkan meliputi Doni J.A. Saktiawan, Konsultan/Penasehat SDM Internal untuk Grup Astra; Marizca Tambunan, Direktur Utama SHL Indonesia; dan Zacky Zainal Husein, Partner di Assegaf Hamzah & Partners.
Mereka membahas dampak AI pada manajemen SDM, mengeksplorasi peluang dan risiko penerapan AI dalam perekrutan, manajemen kinerja dan pengembangan tenaga kerja, menganalisis peran regulator yang dalam menetapkan tata kelola AI yang komprehensif yang menjunjung tinggi kesetaraan dan non-diskriminasi, serta berbagi praktik terbaik untuk mengintegrasikan AI ke dalam proses bisnis sambil mendorong tujuan inklusi di tempat kerja.
Sesi tersebut juga menampilkan dua narasumber yang mewakili perspektif pekerja dan pengusaha: Kun Wardana Abyoto, Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (ASPIRASI) dan Yunus Triyonggo, Ketua Asosiasi Advokat Berkompeten Indonesia.
Mereka memberikan wawasan kritis tentang kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi transformasi digital, menekankan pentingnya mempertahankan standar non-diskriminatif selama transisi ini dan menyoroti tanggung jawab pengusaha dan asosiasi industri dalam memastikan penerapan teknologi AI yang adil bagi pekerja.
Lebih dari 100 peserta dari berbagai kelompok pemangku kepentingan turut serta dalam diskusi ini, memadukan keahlian yang saling melengkapi untuk memaksimalkan potensi AI dalam meningkatkan akses ke pekerjaan yang layak, melindungi pekerja di sektor berisiko dari pemutusan hubungan kerja dan membangun sistem AI yang mempromosikan kesetaraan dan akses yang adil terhadap peluang peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang.
Forum AI didukung oleh ILO melalui Proyek Mewujudkan Manfaat Perdagangan tanpa Diskriminasi Gender dan Pekerja Anak (RealGains) – didanai oleh Pemerintah Kanada – yang berfokus untuk mengurangi diskriminasi berbasis gender di tempat kerja dan menghapuskan pekerja anak dalam pertumbuhan dan restrukturisasi perdagangan.
Forum ini juga didukung oleh Akselerator Global Pekerjaan dan Perlindungan Sosial untuk Transisi yang Adil, inisiatif PBB yang membantu negara-negara menyelaraskan kebijakan ketenagakerjaan, sistem perlindungan sosial dan strategi pembiayaan untuk mendorong pertumbuhan inklusif.*









Discussion about this post