“Kami hadir untuk memitigasi risiko. Salah satu risiko terbesar adalah jika makanan yang disajikan ternyata tidak memenuhi standar gizi yang dijanjikan,” tegasnya.
Ia juga meminta seluruh mitra, termasuk pengelola Dapur SPPG Darul Ulum, bekerja sama erat dengan Badan Gizi Nasional (BGN) dan ahli gizi lokal agar kualitas dan kuantitas gizi dalam setiap kotak makanan terjamin.
Selain terkait gizi, Rudy menekankan pentingnya agar program MBG tidak hanya berfokus pada aspek penyaluran gizi saja, tetapi juga harus memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat sekitar.
“MBG ini harus membangkitkan ekonomi masyarakat dan ke depannya agar memberdayakan pangan lokal dan Koperasi Desa Merah Putih,” tegas PhD dari New Zealand tersebut.
Kunjungan ini disambut baik oleh pengelola Dapur SPPG Darul Ulum. Mereka berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas dan mematuhi semua standar yang telah ditetapkan, terutama terkait komposisi menu bergizi dan berupaya untuk berkontribusi dalam penyerapan pangan lokal sebagai upaya menjadi motor penggerak ekonomi daerah.
Rudy menutup kunjungan tersebut dengan harapan agar sinergi antara BPKP, Pemerintah Daerah, dan seluruh mitra SPPG dapat terus terjalin.
“Kami akan terus melakukan pemantauan agar program dapat berjalan dengan baik. Pastikan bahwa anggaran yang ada benar-benar diterjemahkan menjadi makanan yang aman, higienis, dan secara ilmiah terbukti memenuhi AKG yang dibutuhkan oleh anak-anak sekolah di Kubu Raya,” pungkasnya.
Ia juga berharap tidak ada kecurangan dan pungutan lihat dalam pengurusan SLHS dan sertifikat halal. Pengawasan ini menegaskan komitmen BPKP untuk mengawal pelaksanaan MBG dari hulu ke hilir, memastikan kualitas gizi, dan mendukung keberlangsungan program MBG dengan mitigasi risiko di berbagai aspek.**
Discussion about this post