Doni mengungkapkan, potensi konsumsi halal di Kalimantan Barat mencapai angka Rp 33,96 triliun per tahun dengan populasi 60,2 persen penduduk beragama Islam. Sayangnya, masih banyak produk kuliner, seperti di Kota Pontianak dan Singkawang yang membuat label halal secara mandiri tanpa sertifikasi.

Dalam kerangka meningkatkan literasi halal ini, Bank Indonesia telah memfasilitasi 300 UMKM halal serta mendirikan Pusat Informasi Halal yang berlokasi di kantor lama Bank Indonesia di Jalan Rahadi Oesman Pontianak.
Di Pusat informasi halal tersebut merupakan sarana edukasi, konsultasi dan sosialisasi regulasi produk halal. Selain itu, Bank Indonesia juga mendorong UMKM binaan mengikuti program Industri Kreatif Syariah (IKRA) agar dapat menembus pasar nasional hingga internasional.
Untuk pemotongan hewan, Bank Indonesia juga telah memfasilitasi sertifikasi enam RPH guna memastikan standar pemotongan sesuai syariat Islam, sekaligus menjaga keamanan pangan.
Tak hanya itu, Bank Indonesia juga mendukung kemandirian ekonomi pesantren melalui bantuan sarana, pelatihan kewirausahaan dan pendampingan usaha bagi delapan pondok pesantren di Kalimantan Barat.
Menurut Doni, melalui literasi keuangan, masyarakat tidak hanya diajak memahami konsep keuangan syariah, tetapi juga diarahkan untuk mampu mengakses pembiayaan yang inklusif serta mendukung pertumbuhan UMKM.
Dalam FESyar KTI 2025 yang dipusatkan di Ayani Mega Mall Pontianak ini, Bank Indonesia menargetkan potensi pembiayaan melalui Business Matching sebesar Rp 10,5 miliar, penjualan produk UMKM di angka Rp 1,5 miliar, jumlah kunjungan sebanyak 22,970 orang dan total engagement media sebesar 5 juta impressions. **
Discussion about this post