Sementara, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2020 terjadi ketika ada pembatasan mobilitas penduduk saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Sedangkan jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2023 – September 2024, menurut BPS, jumlah penduduk miskin turun 2,09 ribu orang dibandingkan pada Maret 2024 dan jika dibandingkan pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin juga menurun sebanyak 19,36 ribu orang.
“Persentase penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 6,25 persen, turun 0,07 persen poin terhadap Maret 2024 dan menurun 0,46 persen poin terhadap Maret 2023,” jelas Saichudin.
Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal pada periode Maret 2024 – September 2024, maka jumlah penduduk miskin di perkotaan naik 8,88 ribu orang sedangkan di perdesaan turun 10,97 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 4,25 persen menjadi 4,62 persen. Sementara di perdesaan turun dari 7,58 persen menjadi 7,26 persen.
“Komoditas makanan memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 20,28 persen di perkotaan dan 25,48 persen di perdesaan,” kata Saichudin.
Penyumbang kemiskinan terbesar ke dua adalah rokok kretek filter dengan andil sebesar 14,63 persen di perkotaan dan 10,43 persen di perdesaan. Komoditas lainnya adalah daging ayam ras sebesar 3,55 persen di perkotaan dan 5,61 persen di perdesaan. Telur ayam ras 5,04 persen di perkotaan dan 4,18 persen di perdesaan. **
Discussion about this post